Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Difteri Mewabah, Bagaimana Dengan Imunisasi Wajib?

Difteri Mewabah, Bagaimana Dengan Imunisasi Wajib?

Lagi-lagi Indonesia dibuat terhenyak ketika sebuah penyakit menjelma sebagai monster penyabut nyawa. Sejak awal diketahui jika difteri yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium Diptheriae adalah penyakit menular dan berbahaya.

Seperti ditegaskan Jose Rizal Latief Batubara, Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penyakit ini bisa mengakibatkan kematian. Selain mengakibatkan sumbatan saluran nafas, bakteri ini juga bisa menimbulkan komplikasi miokarditis (peradangan pada lapisan dinding jantung bagian tengah), gagal ginjal, gagal napas, dan bahkan gagal sirkulasi.

Hanya saja, bakteri Corynebacterium Diptheriaeini tak akan menjelma sebagai monster jika saja semua orang siap dengan penangkalnya, yakni vaksin DPT. Sebab, jika setiap orang mendapatkan vaksin minimal tiga kali seumur hidup, atau lebih efektif lagi setiap 10 tahun, dia akan aman.

“Jadi sebenarnya difteri bukan penyakit baru. Penyakit lama yang harusnya sudah hilang dengan vaksinasi, tapi karena ada kelompok-kelompok anti vaksinasi yang banyak, nggak semua anak yang divaksin jadinya,” ujar Jose.

Genderang KLB Difteri pun Ditabuh

Senada dengan Jose, Direktur Surveilans dan Karantina Kementerian Kesehatan Jane Soepardi menambahkan, sejak tahun 1990-an kasus difteri di Indonesia sebenarnya sudah hampir punah. Kasus ini baru muncul kembali pada 2009.

Belakangan bakteri Corynebacterium Diptheriae kembali unjuk kekuatan. Kasusnya ditemukan setidaknya di 20 provinsi. Hingga November 2017 sebanyak 95 kabupaten dan kota dari 20 provinsi melaporkan kasus difteri.

Ini perkembangan yang mengejutkan jika dilihat dari catatan sebelumnya pada kurun Oktober – November 2017, ada 11 provinsi terpapar penyakit ini. Yang lebih mencengangkan lagi, dari 622 kasus yang ada, 32 di antaranya meninggal dunia. Tak mengherankan jika Kementerian Kesehatan menetapkan kasus difteri dengan status kejadian luar biasa (KLB).

Bakteri Difteri Tak Memilih Korban

Tentu ada pertanyaan, mengapa difteri muncul kembali dari tidurnya yang panjang dan menjelma sebagai monster menakutkan saat ini. Kendati, tak dapat disangkal jika penyakit ini memang banyak ditemui di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Minimnya kesadaran akan pentingnya vaksinasi adalah jawaban mendasar atas pertanyaan mengapa difteri kembali mewabah. Itulah mengapa bakteri ini tak memilih milih calon korbannya. Artinya, difteri bukan penyakit khusus anak-anak. Penyakit ini juga bisa menyerang orang dewasa.

Prinsipnya, siapa tidak memiliki benteng vaksinasi yang baik dia berpeluang menjadi sasaran bakteri yang mematikan ini. Selain itu, kita harus meminimalisir faktor-faktor yang bisa mendorong lebih berkembangnya bakteri seperti lingkungan yang tidak sehat. Selain itu, kita juga harus waspada terhadap beberapa hal seperti asupan makanan yang sehat dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Kenali Gejala dan Penyebab Difteri

So, kasus difteri adalah kasus semua orang. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bagi setiap warga Indonesia untuk bergerak cepat menghentikan wabah yang meresahkan ini.

Sebagai langkah awal, kita harus mengenali gejala difteri. Gangguan tenggorokan yang disertai demam dan terbentuknya lapisan pada amandel dan tenggorokan adalah gejala paling awal yang harus diwaspadai. Selain itu, gejala difteri juga bisa dikenali di antaranya dari pembengkakan kelenjar leher, kesulitan menelan, hidung berlendir, serta gangguan penglihatan.

Pada tahap ini segera berkonsultasi pada paramedis. Sebab, jika tak segera tertangani, gangguan berpotensi meningkat sebagai infeksi yang bisa menyebar ke organ-organ tubuh lainnya seperti jantung dan sistem syaraf. Racun Corynebacterium berubah menjadi monster pencabut nyawa jika mulai merambah ke organ-organ penting dalam tubuh. Pada beberapa penderita juga mengalami infeksi kulit.

Yang makin membuat kasus difteri demikian mencengangkan, penyebaran tak hanya melalui kontak dengan orang yang sudah terpapar. Namun, bakteri bisa mewabah melalui udara atau benda di sekitar kita yang sudah terkontaminasi.

Tak ada pilihan lain, segera kenali gejala difteri dan waspada terhadap berbagai faktor pemicu penyebaran. Namun, sebagai langkah mendasar adalah meningkatkan kesadaran pentingnya vaksinasi. Vaksin difteri diberikan lewat imunisasi DPT (Difteri, Tetanus, Pertusis) sebanyak lima kali pada bayi usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, 18 bulan, dan 4-6 tahun.

Selanjutnya, vaksinasi Td atau Tdap harus diberikan pada anak usia 7 tahun. Vaksin yang bertugas melindungi diri dari ancaman tetanus, difteri, dan pertusis ini harus diulang setiap 10 tahun sekali. Nah, sudahkah Anda memiliki kelengkapan vaksin ini? Ingat, selain anak-anak difteri juga menyerang orang dewasa, tanpa kecuali.

Subscribe