Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Wanita Indonesia - Kartini Modern

Kartini adalah sosok inspiratif yang menjadi panutan bagi wanita di Indonesia. Beliau memberi inspirasi bagi wanita-wanita Indonesia dengan memperjuangkan pergerakan emansipasi wanita. Sampai saat ini, sudah banyak wanita-wanita Indonesia yang memberikan perubahan positif bagi bangsa kita tercinta ini. Tiga kartini modern ini juga memberikan inspirasi untuk wanita-wanita Indonesia karena perjuangannya untuk kesehatan bangsa Indonesia.

  1. Neni Nuraini

Wanita muda asal Bandung ini berhasil menemukan varian virus hepatitis B khas Indonesia. Penelitian yang ia lakukan ini merupakan penelitian paling mutakhir di dunia biologi molekuler virus. Metode yang ia kembangkan bernama ELISA (enzyme-linked immunisorbenty assay), dengan penemuan metode baru ini membuat tes DNA virus bisa dilakukan lebih cepat dan dengan harga yang jauh lebih murah. Berkat penemuan ini pasien hepatitis bisa mendapatkan penyembuhan dan terapi yang paling tepat. Sehingga penyakit yang berkembang dari penyakit hepatitis, seperti sirosis hati atau kanker hati, bisa dideteksi dan dicegah sejak dini.

Neni menemukan metode ini saat menyelesaikan program doktoralnya di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Awalnya penelitian ini ditujukan untuk program master. Namun, karena penemuannya dianggap spektakuler oleh seorang ahli hepatitis dan seorang ahli biologi molekuler, maka Neni dipromosikan menjadi mahasiswa S3 sekaligus tesisnya dijadikan penelitian program doktoral. Dengan kecerdasan yang dimiliki Neni, beliau akhirnya melanjutkan jenjang doktoral dan memberikan sumbangsihnya terhadap dunia biologi molekuler berupa efisiensi dalam penyembuhan penyakit hepatitis.

  1. Prof. dr. Sri Suparyati, Sp.A.(K), Ph.D.,

Salah satu dokter terbaik Indonesia ini menerima penghargaan internasional sebagai dokter spesialis anak terbaik dari Asosiasi Dokter Anak Asia-Pasifik atau APPA. Penghargaan ini diberikan kepada  Prof. dr. Sri Suparyati, Sp.A.(K), Ph.D., saat konferensi APPA di Shanghai, Tiongkok, tahun 2009. Penghargaan tersebut beliau raih atas perjuangannya meneliti penyakit diare pada anak. Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (FK UGM) ini melakukan penelitian bersama Prof. Ruth Bishop dari Australia. Mereka meneliti infeksi yang disebabkan oleh rotavirus pada penderita diare di Indonesia. Hasil dari penelitian ini mengemukakan bahwa, secara mengejutkan, ternyata rotavirus lah yang menjadi penyebab utama diare di Indonesia.

Hasil penelitian ini pun akhirnya mengubah terapi pengobatan. Sebelumnya, pengobatan diare lebih banyak menggunakan antibiotik. Namun, setelah adanya hasil penelitian ini, mendorong pemerintah untuk memproduksi vaksin rotavirus dengan harga yang cukup murah.

  1. Anne Avantie

Perempuan asal Semarang ini mungkin bukan berasal dari dunia sains atau medis. Anne Avantie terkenal sebagai perancang busana kebaya, bahkan sampai ke luar negeri. Karyanya di bidang fashion sudah tidak diragukan lagi, Anna Avantie diakui sebagai perancang kebaya terbaik di tingkat nasional bahkan internasional. Karyanya sering digunakan dalam ajang bergengsi seperti Miss Indonesia dan Miss Universe. Dibalik ketenarannya di dunia fashion, banyak yang belum mengetahui bahwa beliau adalah seorang pendiri yayasan peduli anak hydrocephalus.

Pada tahun 2002, Anne Avantie mendirikan “Wisma Kasih Bunda” yang terletak di kota Semarang. Berawal dari rasa syukur atas sembuhnya sang ibunda dari kanker serviks, beliau merasa harus melakukan sesuatu untuk menunjukkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Di tahun 2000 ia bertemu dengan seorang anak yang menderita hydrocephalus bernama Aris Mansori. Pertemuannya dengan Aris tersebut menyentuh hati Anne dan menggerakkannya untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi anak-anak seperti Aris. Sampai sekarang, Wisma Kasih Bunda sudah membantu kurang lebih 1000 anak penderita hydrocephalus dalam pengobatan serta biaya hidupnya sehari-hari.

Itulah tiga kisah inspiratif yang dilakukan wanita-wanita Indonesia. Bagaimana menurut Anda, apakah mereka layak diberi julukan ‘Kartini Modern’? Bagaimana pun Anda tetap bisa jadi ‘Kartini’ bagi orang-orang yang Anda cintai, karena sekecil apapun pengertian dan perawatan yang Anda berikan terhadap orang-orang yang Anda cintai merupakan perjuangan yang perlu dilakukan demi mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik.

Subscribe