Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Masalah Gigi dan Cabut Gigi Pada Lansia

Masalah Gigi dan Cabut Gigi Pada Lansia

Sering kali cabut gigi merupakan salah satu tindakan medis yang ditakuti. Ada berbagai anggapan yang menyatakan bahwa cabut gigi itu berbahaya, dan salah satunya adalah bisa menyebabkan kerusakan mata hingga kebutaan. Namun, hal ini hanyalah sebuah mitos. Cabang saraf pada gigi dan mata itu berbeda dan tidak berhubungan langsung, sehingga tindakan cabut gigi tidak akan memengaruhi saraf di mata.

Kondisi Diharuskan Cabut Gigi

Berkonsultasi dengan dokter gigi dahulu agar dapat menilai perlu atau tidaknya gigi dicabut dan dokter gigi juga akan melakukan perawatan pada gigi yang bermasalah sebelum akhirnya memutuskan untuk mencabut gigi tersebut. Beberapa kondisi yang membuat cabut gigi perlu dilakukan adalah :

  • Gigi berlubang yang sudah parah.
  • Gigi yang patah karena benturan.
  • Patah tulang rahang dan gigi tersebut terletak pada garis patahan tulang.
  • Sakit gigi karena infeksi pada bagian akarnya. Cabut gigi dilakukan bila pasien tidak dapat menjalani perawatan saluran akar gigi, atau sudah menjalaninya namun tidak berhasil.
  • Gigi goyang karena kematian jaringan di ruang tempat gigi menempel.
  • Jumlah gigi berlebih.
  • Posisi gigi tidak normal dan menyebabkan luka pada jaringan sekitarnya.
  • Gigi yang posisinya berdekatan dengan kelainan jaringan yang berbahaya, misalnya kanker.

Operasi Cabut Gigi

Operasi cabut gigi tampaknya menakutkan, tapi proses sebenarnya cukup sederhana dan terbilang singkat. Sayangnya, perencanaan yang tidak tepat sebelum mencabut gigi dapat menyebabkan pemulihan yang lambat dan isu kesehatan gigi lainnya yang lebih parah.

Persiapan Cabut Gigi

Jika gigi yang dicabut hanya gigi dewasa normal, tidak banyak yang Anda perlu lakukan. Kebanyakan pencabutan gigi tunggal dilakukan dengan anestesi lokal karena efeknya yang minim. Namun jika Anda gugup atau dokter harus mencabut lebih dari satu gigi dalam satu waktu, Anda mungkin akan diberikan obat penenang oral atau bius total.

Ajak teman dekat, anggota keluarga, atau pasangan

Untuk memberikan ketenangan pada diri Anda, ajak seseorang untuk menemani Anda menuju dan kembali dari tempat dokter, dan minta ia untuk ikut ke dalam ruangan atau tunggu di luar selama operasi Anda.

Selain itu, pusing, mual, dan teler adalah efek samping umum dari obat bius. Anda mungkin tidak dalam kekuatan dan kesadaran penuh untuk mengemudikan kendaraan dengan baik setelah cabut gigi. Sebaiknya, minta tolong teman dekat, anggota keluarga atau pasangan untuk mengantarkan Anda.

Wajib puasa

Umumnya, Anda dianjurkan untuk tidak makan dan minum (termasuk air putih) selama delapan jam hingga 12 jam sebelum operasi, tetapi dokter Anda sendirilah yang akan memastikan seberapa lama waktu puasa yang diperlukan untuk kasus Anda. Idealnya, Anda tidak lagi boleh minum atau makan apapun selepas tengah malam.

Jika Anda akan menggunakan bius lokal, Anda boleh makan makanan ringan atau camilan pengganjal lapar 1-2 jam sebelum operasi. Gosok gigi, berkumur, dan floss gigi Anda sebelum berangkat ke dokter. Jangan merokok dalam 12 jam sebelum cabut gigi — dan setidaknya dalam 24 jam setelah cabut gigi.

Jika Anda memiliki diabetes atau sedang mengonsumsi obat resep lain (termasuk antibiotik yang diresepkan oleh dokter gigi Anda untuk mengobati infeksi yang Anda miliki saat ini), lanjutkan penggunaannya seperti biasa. Konsultasikan hal ini lebih lanjut dengan dokter Anda.

Kenakan pakaian santai

Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman untuk pergi ke dokter di hari-H cabut gigi. Jangan memakai perhiasan karena Anda akan diminta untuk melepasnya sebelum prosedur dimulai.

Hindari memakai lensa kontak, karena mata Anda mungkin tetap tertutup selama prosedur. Cobalah untuk tidak memakai make-up, lipstik, atau lensa kontak. Namun demikian, boleh membawa pelembab untuk bibir, seperti lip balm, karena bibir Anda mungkin jadi kering dan pecah-pecah setelah operasi.

Apabila memiliki riwayat penyakit di bawah ini, infokan doketer gigi:

  • Diabetes
  • Penyakit jantung
  • Penyakit hati
  • Penyakit tiroid
  • Gangguan ginjal
  • Hipertensi
  • Kelainan sistem imun
  • Kelainan pembekuan darah atau hemofilia
  • HIV/AIDS

Sampaikan juga pada dokter apabila Anda dalam keadaan hamil. Ibu hamil trimester pertama sebaiknya menunda cabut gigi hingga kandungan memasuki trimester kedua. Sementara itu untuk ibu hamil trimester ketiga, cabut gigi sebaiknya ditunda hingga setelah melahirkan.

Bila Anda mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti warfarin, aspirin, atau obat-obatan lainnya, anda perlu berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter penyakit dalam sebelum anda melakukan pencabutan gigi. Kondisi-kondisi penyakit dan obat-obatan tersebut dapat menimbulkan komplikasi tertentu saat dilakukannya pencabutan gigi.

Bila anda tidak memiliki kondisi penyakit tertentu dan tidak minum obat-obatan tertentu, maka anda dapat langsung berkonsultasi dengan dokter gigi untuk dilakukannya pencabutan gigi. Bila gigi yang hendak dicabut adalah gigi depan, maka disarankan untuk dibuatkan gigi palsu juga agar anda tidak mengalami gangguan makan dan gangguan bicara akibat ketiadaan gigi. Anda dapat berkonsultasi secara langsung dengan dokter gigi anda mengenai gigi palsu jenis apa yang bisa anda gunakan.

Siapkan makanan untuk setelah operasi

Kemungkinan besar Anda akan mengalami ngilu dan pembengkakan ringan setelah gigi dicabut. Ini dapat menurunkan nafsu makan, tapi Anda tetap perlu mendapatkan asupan nutrisi yang tepat untuk masa penyembuhan yang optimal.

Hindari makan makanan keras, asam, dan pedas yang bisa mengiritasi gusi. Selain itu, jika operasi Anda termasuk pemasangan gigi palsu di hari yang sama, Anda harus melindungi gigi baru Anda dengan mengonsumsi makanan lembut misalnya sup krim, jelly, puding, oatmeal, atau bubur.

Konsumsi pula minuman yang mengandung nilai gizi tinggi seperti jus, smoothies, atau protein shake yang mudah untuk diracik. Minuman sehat ini menyediakan asupan tinggi vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh untuk tetap fit selama masa pemulihan.

Tapi, jangan gunakan sedotan untuk minum minuman Anda, terutama setelah cabut gigi. Mengisap sedotan dapat menyebabkan kondisi bernama dry socket, hal ini akan menimbulkan komplikasi yang sangat menyakitkan sehingga Anda harus balik lagi ke dokter gigi untuk mendapatkan perawatan.

Masalah Gigi dan Mulut pada Lansia

Dengan bertambahnya usia, Gigi juga termasul yang mulai mengalami permasalahan. Masalah gigi dan mulut pada lansia antara lain :

Karies gigi

Masalah gigi yang paling umum dijumpai pada lansia. Faktor-faktor penyebabnya antara lain meningkatnya kebutuhan akan perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi, perubahan air ludah akibat faktor penuaan, pola makan yang tidak seimbang, terbukanya sebagian akar gigi akibat penurunan gusi dan juga akibat pemakaian obat-obatan yang menyebabkan mulut menjadi kering.

Perawatan karies gigi pada lansia dulu lebih banyak diatasi dengan pencabutan gigi dibanding dengan merawatnya. Akibatnya, lansia banyak mengalami kehilangan gigi di masa tuanya.
Yang palinga baik dalam mengatasi masalah karies gigi pada lansia adalah dengan menghilangkan jaringan gigi yang terkena karies gigi dan menitikberatkan pada pemberian mineral fluoride pada gigi.
pemberian mineral fluoride pada gigi. dimaksudkan untuk memperbaiki kualitas hidup para pasien lansia dalam menjaga gigi asli mereka. Di samping itu juga untuk menghindari pemakaian gigi palsu, baik dengan jenis lepasan atau permanen, yang dalam bahasa medis disebut cekat.

Penyakit jaringan penyangga gigi

Penyakit periodontal merupakan penyakit kronis yang meliputi kerusakan pada jaringan lunak seperti gusi dan tulang alveolar pembentuk dan pendukung soket gigi. Gangguan ini merupakan masalah yang paling sering ditemukan pada lansia.

Penyakit ini disebabkan oleh penumpukan plak dan karang gigi, sehingga menyebabkan peradangan gusi sampai kerusakan tulang alveolar. Selain bisa menyebabkan kehilangan gigi, penyakit periodontal juga bisa berdampak pada keadaan sistemik.

Penyakit serius yang sering dikaitkan dengan penyakit periodontal adalah diabetes mellitus atau kencing manis dan penyakit jantung. Perawatan yang tepat saat menangani periodontitis terbukti dapat memperbaiki kadar gula darah pasien tersebut.

Edentulism atau kehilangan seluruh gigi

Efek dari kehilangan seluruh gigi yang paling utama adalah masalah pengunyahan dan ketidakseimbangan nutrisi. Hal ini akan mengakibatkan penurunan kualitas hidup bahkan berkontribusi dalam faktor penyebab kematian.

Pasien dengan kehilangan seluruh gigi sudah pasti akan menggunakan gigi palsu jenis lepasan. Permukaan gigi palsu berbahan akrilik ini biasanya banyak mengandung bakteri Lactobacillus, karena pada permukaan plastik dan logam akan mudah terjadi pembentukan lapisan biofilm.

Bakteri anaerob dalam rongga mulut tersebut memiliki peran penting dalam terjadinya gejala penyakit pneumonia. Selain itu, dampak pemakaian gigi palsu lepasan pada lansia bisa mengakibatkan sariawan atau luka pada jaringan lunak.

Penyebab dar masalah gigi dan mulut ini adalah pola makan dan pola hidup yang tidak sehat. Ditambah lagi dengan kondisi rongga mulut yang buruk, konsumsi alkohol serta tembakau yang berlebihan. Oleh karena itu perawatan dan pembersihan yang rutin dari gigi palsu pada lansia sangat penting agar terhindar dari masalah kesehatan lainnya.

Mulut kering pada lansia

Pada lansia biasanya terjadi kondisi mulut kering (xerostomia) dan menurunnya fungsi kelenjar ludah. Faktor penyebabnya antara lain adalah akibat dari pemakaian obat antihipertensi, antidepresan dan anti psikosis, serta kondisi umum tubuh yang buruk. Hal ini lebih banyak terjadi pada wanita lansia.

Para lansia yang mengalami kondisi ini memerlukan pencegahan untuk mengatasi menurunnya jumlah air ludah, termasuk juga pencegahan karies gigi, penyakit periodontal dan jamur candidiasis.

Kanker mulut

Merupakan jenis kanker terbanyak ke-8 di seluruh dunia, meliputi bibir, rongga mulut, dan nasofaring. Kanker mulut juga merupakan ancaman bagi orang dewasa dan lansia di negara maju maupun negara miskin.

Angka kejadiannya lebih banyak terjadi pada kaum pria, dan kemungkinannya bisa meningkat dengan bertambahnya usia. Kanker mulut biasanya muncul pada usia sekitar 65 tahun.

Untuk itu perawatan gigi dan mulut para lansia sebaiknya juga disertai tindakan pencegahan seperti rutin membersihkan karang gigi dan plak gigi 6 bulan sekali, menyikat gigi menggunakan metode bass dengan sikat gigi yang lembut, dan berkumur dengan larutan kumur.

Cara tersebut setidaknya dapat membersihkan permukaan gigi dan jaringan lunak lainnya. Anda juga boleh mengajarkan lansia untuk melakukan pembersihan gigi palsu menggunakan cara di atas.

Ingin hidup Anda lebih sehat dan bahagia? Dapatkan update terbaru dari PerawatNers seputar tips dan info kesehatan

Subscribe