Jaga Otak Tetap Sehat Agar Menurunkan Risiko Alzheimer
Alzheimer, Memori Yang Hilang
Penyakit Alzheimer adalah salah satu masalah terbesar yang kita miliki seiring bertambahnya usia. Pikiran mengembangkan penyakit ini bisa menjadi prospek yang menakutkan, terutama jika kita telah menyaksikan orang yang dicintai yang terkena demensia.
Meskipun kita mungkin telah diberi tahu bahwa yang dapat kita lakukan hanyalah berharap untuk yang terbaik dan menunggu obat farmasi, kebenarannya jauh lebih menggembirakan. Penelitian yang menjanjikan menunjukkan bahwa semua orang dapat mengurangi risiko Alzheimer dan demensia lainnya melalui kombinasi perubahan gaya hidup yang sederhana namun efektif. Pernahkah berpikir kalau gaya hidup sehat itu juga akan mempengaruhi kesehatan otak kita? Bahkan dapat mengurangi risiko Alzheimer.
Hingga saat ini penyakit yang berkaitan dengan otak kian banyak dialami masyarakat modern. Di antaranya demensia, Alzheimer, Parkinson, dan lainnya. Di Indonesia penyakit ini kian bertambah.
Dari hasil sensus penduduk tahun 2014, jumlah penduduk Indonesia berusia lanjut usia telah mencapai 20,24 juta orang (atau sekitar 8,03% populasi Indonesia). Hingga saat ini penderita demensia atau awam mengenalnya sebagai kepikunan telah menyentuh hampir 1,2 juta jiwa. Angka ini diperkirakan naik hingga lebih dari 4 juta orang pada tahun 2050.
Melihat jumlah penderita penyakit terkait dengan kognitif, maka mau tidak mau setiap orang sudah harus mulai lebih memperhatikan kesehatan otaknya. Memang tak dapat dipungkiri dengan bertambahnya usia, maka akan diikuti penurunan kemampuan koginitif, demikian menurut penasihat American Heart Association dan American Stroke Association.
Kesehatan Jantung, Otak, dan Alzheimer
Ternyata kesehatan otak dan jantung memiliki kaitan erat antara keduanya. Paling tidak hal ini terlihat dari fungsi hati dan otak yang baik akan pembuluh darah yang sehat. Yang menjadi masalah, sering kali ditemui pada banyak orang, pembuluh darah perlahan menjadi menyempit atau tersumbat selama perjalanan hidupnya.
Adanya penyempitan pembuluh darah merupakan sebuah proses penyakit yang dikenal sebagai aterosklerosis dan menyebabkan banyak serangan jantung dan stroke. Banyak faktor risiko aterosklerosis dapat diperbaiki atau diantisipasi dengan mengikuti diet sehat, aktivitas fisik yang cukup, menghindari rokok, dan strategi lainnya.
“Penelitian tersebut secara meyakinkan menunjukkan bahwa faktor risiko yang sama yang menyebabkan aterosklerosis, juga merupakan kontributor utama terhadap gangguan kognitif. Dengan berbagai hal pencegahan, tidak hanya mencegah serangan jantung, stroke, tetapi juga gangguan kognitif seperti demensia, penyakit Alzheimer, dan lainnya, ” kata ahli saraf vaskular Philip Gorelick, MD, MPH, ketua kelompok penulisan penasihat medis eksekutif Mercy Health Hauenstein Neurosciences di Grand Rapids, Michigan.
Dengan mengidentifikasi dan mengendalikan faktor-faktor risiko pribadi kita dan menjalani gaya hidup sehat-otak, Kita dapat memaksimalkan peluang kesehatan otak seumur hidup dan menjaga kemampuan kognitif . Langkah-langkah ini dapat mencegah gejala penyakit Alzheimer dan memperlambat proses kerusakan.
Alzheimer adalah penyakit kompleks dengan berbagai faktor risiko. Beberapa faktor pencetus alzheimer, seperti usia dan genetika memang berada di luar kendali kita. Namun, ada tujuh pilar untuk gaya hidup sehat-otak yang ada dalam kendali
- Latihan rutin
- Keterlibatan sosial
- Diet sehat
- Stimulasi mental
- Kualitas tidur
- Manajemen stres
- Kesehatan pembuluh darah
Para ahli sekarang percaya bahwa risiko Alzheimer tidak terbatas pada usia tua, tetapi sebenarnya dapat dimulai di otak jauh sebelum gejalanya terdeteksi, seringkali di usia pertengahan. Itu berarti bahwa tidak pernah terlalu dini untuk mulai menjaga kesehatan otak. Semakin kita memperkuat masing-masing dari tujuh pilar dalam kehidupan sehari-hari , semakin lama — dan semakin kuat — otak akan tetap bekerja dan semakin besar kemungkinan kita akan dapat mengurangi risiko terkena Alzheimer atau demensia lain.
7 Langkah Mudah Menjaga Otak Sehat
Salah satu yang bisa dilakukan untuk kesehatan otak adalah7 Simple Life. Kampanye ini menguraikan beberapa faktor kesehatan yang dikembangkan oleh American Heart Association untuk mendefinisikan dan mempromosikan kesehatan kardiovaskular. Studi menunjukkan bahwa ketujuh faktor ini juga dapat membantu menjaga kesehatan otak pada orang dewasa.
Menjaga Tekanan Darah
Menjaga tekanan darah normal menjadi bagian penting untuk melihat kesehatan seseorang secara umum. Dengan menjaga tekanan darah akan mencegah dari berbagai penyakit seperti darah tinggi, jantung, dan stroke.
Kontrol Kolesterol
Dengan menjaga tingkat kolesterol dapat menjaga kesehatan pembuluh darah dari kemungkinan terjadi aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah. Adanya kolesterol menjadi pemicu terjadinya serangan jantung, dan stroke, dan juga kerusakan bagian otak. Tingginya tingkat kolesterol ditambah dengan tekanan darah tinggi dan gula darah yang tidak terkontrol memiliki hubungan erat dengan risiko seseorang stroke, Alzheimer, hingga demensia. Tingginya kolesterol akan memicu terbentuknya plak di dalam pembuluh darah arteri yang mengakibatkan suplai oksigen ke otak berkurang.
Menjaga agar Fisik Tetap Aktif
Olahraga dapat memperbaiki kinerja pembuluh darah kecil dalam mengantarkan darah yang kaya oksigen menuju otak. Pertumbuhan sel baru dan konektivitas antarsaraf dalam otak juga akan lebih optimal dengan olahraga teratur. Selain itu, olahraga bermanfaat untuk mengurangi tekanan darah, mengurangi kolesterol jahat, melawan diabetes, dan mengurangi stres. Keuntungan tersebut dengan sendirinya akan membantu kesehatan otak dan tubuh secara keseluruhan.
Menjaga Gula Darah Normal
Yang tak kalah penting adalah menjaga angka normal agar gula darah tetap normal. Kadar glukosa secara konsisten tinggi umumnya terkait dengan resistensi insulin (pre-diabetes) atau diabetes tipe 2. Kadar gula darah tinggi umumnya terkait dengan diabetes, namun begitu bisa juga dengan hiperglikemia. Hiperglikemia merupakan kondisi saat gula darah tetap tinggi dari waktu ke waktu. Penyebab hiperglikemia meliputi penyakit, infeksi, stres, obat tertentu, atau tidak mengonsumsi cukup insulin. Hiperglikemia juga berkontribusi pada aterosklerosis, yang meningkatkan risiko penyakit ginjal, stroke, serangan jantung, dan lainnya.
Konsumsi Makanan yang Sehat
Makanan berpengaruh penting bagi kesehatan otak dan melindungi kerusakan radikal bebas. Caranya kita dapat mengonsumsi antioksidan misalnya buah-buahan, sayur-sayuran, kacang dan protein seperti ikan. Perhatikan untuk kebutuhan asam omega-3 dari ikan salmon dan sarden. Kadar asam folat yang cukup akan mencegah kolesterol, meminimalkan peradangan pada otak, serta menjaga fungsi optimalisasikan otak.
Menurunkan Berat Badan (Obesitas)
Kegemukan biasanya identik dengan beberapa penyakit, misalnya tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, artritis, dan gangguan empedu. Obesitas ternyata dapat mempengaruhi dapat kinerja hormon insulin penyebab diabetes dan meninggikan risiko sakit jantung. Selain itu, lemak berlebihan dapat mengganggu kerja jantung karena meningkatkan kolesterol, kenaikan tekanan darah, penyumbatan arteri, dan stroke. Selain iu banyaknya lemak yang banyak akan menyebabkan stroke.
Berhenti Merokok
Rokok telah lama dituding sebagai penyebab banyak penyakit. Ternyata rokok dapat menyebabkan bagian utama otak korteks gampang menipis. Korteks dikenal sebagai bagian otak terkait ingatan, bahasa, dan persepsi. Tidak hanya itu, rokok bertanggung jawab pada beberapa penyakit otak seperti stroke, pembengkakan pembuluh darah di otak, dan demensia.
Tidur Cukup
Sesorang yang sulit tidur dalam satu malam, bisa menunjukkan adanya protein yang lebih tinggi dari tingkat normal pada otak dan memberi tanda adanya penyakit alzheimer. Pada orang yang berulang kali gagal mendapatkan tidur malam yang baik, konsentrasi amyloid-beta dapat terbentuk dan bisa menjadi salah satu faktor munculnya penyakit alzheimer.
Penyakit ini adalah bentuk paling umum dari demensia dan penyebab utama kematian keenam untuk orang-orang kategori lansia.Para peneliti menemukan, orang-orang yang mendapatkan tidur malam yang baik, memiliki tingkat amyloid-beta dalam cairan tulang belakang mereka sekitar 6 persen lebih rendah di pagi hari dibanding saat sebelum tidur. Orang-orang yang tetap terjaga sepanjang malam tidak mengalami perubahan tingkat amyloid-beta. Hati-hati bagi yang kurang tidur dalam kesehariannya karena menurut banyak penelitian ternyata kebiasaan tersebut banyak menimbulkan risiko gangguan kesehatan, termasuk alzheimer.
Dalam sebuah studi di Amerika Serikat, tepatnya di Maryland yang melibatkan sekitar 6.000 perempuan, terkonfirmasi bahwa orang yang tidur kurang dari tujuh jam dalam setiap malamnya memiliki risiko 47 persen terserang alzheimer dibandingkan dengan orang yang relatif lebih banyak tidurnya di malam hari.
Selain itu, banyak ahli yang menyatakan bahwa kekurangan tidur sangat berkaitan erat dengan beberapa penyakit kronis seperti darah tinggi, obesitas, hipertensi, diabetes, dan kanker.
Durasi Normal Tidur Berdasarkan Usia
Dari tahun 1985 – 2006 terlihat tren meningkatnya orang yang kurang tidur dari minimal 6 – 7 jam dalam setiap malamnya. Hal tersebut tentu dapat dimaklumi karena berbagai alasan yang sangat berkaitan erat dengan kondisi kehidupan modern seperti tuntutan pekerjaan, jam bisnis yang panjang, ataupun tingkat stres seseorang.
Dalam sebuah jurnal penelitian yang diterbitkan pada tahun 2008 silam, disebutkan bahwa ketika kelompok usia muda dan lansia diminta berada di tempat tidur selama 16 jam dalam keadaan gelap setiap hari dalam beberapa hari, diketahui hasilnya bahwa peserta lansia membutuhkan waktu 7,5 jam untuk tidur.
Sedangkan peserta muda relatif membutuhkan waktu yang lebih lama untuk tidur yakni selama 9 jam. Dari data penelitian tersebut terungkap bahwa kebutuhan tidur kalangan muda lebih banyak karena aktifitas kesehariannya yang lebih padat dibandingkan dengan kelompok lansia.
Sedangkan untuk usia dibawah kelompok muda, anak-anak pra-sekolah membutuhkan waktu tidur 11 jam dalam setiap hari, anak usia sekolah membutuhkan waktu 10 jam, remaja 9 jam, dan dewasa antara 7-8 jam.
Bahaya kurang tidur ternyata tidak hanya rentan menyebabkan penyakit kanker pada seseorang. Namun, ada bahaya lain yang mengintai yakni risiko terserang alzheimer. Direktur Unit Penelitian Kesehatan Tidur Loughborough University, Profesor Kevin Morgan, mengatakan bahwa orang yang mengalami sedikit tidur akan mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh.
Sementara Profesor Neurology Washington University Dr Yo-El Ju menyatakan bahwa orang yang lebih banyak memiliki waktu terjaga di tempat tidur memiliki risiko mengalami plak yang tinggi. Plak ini disebabkan oleh adanya penumpukan protein di otak yang diduga bisa menyebabkan kerusakan sel otak, bentuk yang ada pada alzheimer biasanya tertimbun selama 10 – 15 tahun. Dr Yo-El Ju menyatakan bahwa semua orang harus menjaga kualitas tidurnya untuk meminimalisir terkena penyakit alzheimer ini.
Tidur yang berkualitas bukanlah terletak pada seberapa lama seseorang tidur melainkan tidur dan bangun dalam jam yang sama setiap harinya. Tidur yang terbaik terjadi ketika seseorang menunjukkan sinyal mengantuk yang besar
Jagalah Kesehatan Otak
Penelitian ini telah dipublikasikan di jurnal Stroke yang diterbitkan American Heart Association, menekankan pentingnya mengambil langkah untuk menjaga kesehatan otak sedini mungkin. Hal ini mengingat karena aterosklerosis – penyempitan arteri yang menyebabkan banyak serangan jantung, gagal jantung dan stroke – sudah dapat dimulai sejak masa kanak-kanak.
“Studi sedang mempelajari bagaimana strategi menjaga kesehatan jantung dapat mempengaruhi kesehatan otak bahkan pada awal kehidupan. Peningkatan tekanan darah, kolesterol dan gula darah dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah besar dan kecil, menyebabkan komplikasi yang mengurangi aliran darah otak. Meski dibutuhkan lebih banyak penelitian dan prospeknya menjanjikan,” kata Gorelick.
Satu hal, untuk merawat demensia dalam segi biaya amat mahal untuk diobati. Biaya perawatan lebih tinggi daripada kanker dan hampir sama untuk penyakit jantung. Seringkali pada keluarga yang memiliki seseorang yang mengalami demensia atau Alzheimer , akan menjadi caregiver untuk mendampingi atau merawat pasien. Banyak kasus penderita demensia, Alzheimer, Parkinson, kerap membutuhkan terapi, caregiver, dan perawat lansia.
Seiring masa hidup lebih lama pada banyak orang di A.S. dan negara-negara lain, sekitar 75 juta orang di seluruh dunia dapat mengalami demensia pada tahun 2030, menurut penasihat AHA tersebut. Penulis penasihat tersebut meninjau 182 studi ilmiah yang diterbitkan untuk merumuskan kesimpulan bahwa dengan mengikuti 7 Life’s Simple dapat membantu orang mempertahankan kesehatan otak sepanjang hidup seseorang. Nah, saatnya sekarang untuk lebih memperhatikan kesehatan otak untuk hindari ragam risiko penyakit kronis.
Beberapa mitos tentang alzheimer:
Sementara PenyakitAlzheimer juga dilingkupi banyak mitos.
Mitos 1: Penyakit Alzheimer pada lansia
Pada kebanyakan kasus, Alzheimer menyerang kesehatan lansia pada usia 65 tahun ke atas. Tapi sekitar 5 persen dari total populasi menujukkan bahwa Alzheimer dapat terjadi pada pasien berusia 30-40 tahun. Penyakit alzheimer pada usia muda terjadi karena faktor keturunan (genetik).
Mitos 2: Alzheimer Merupakan Proses Normal Ketika Menjadi Tua
Ingatan kita memang sering berubah seiring pertumbuhan perubahan lebih tua. Tapi kehilangan ingatan yang mengganggu setiap hari hidup bukanlah bagian dari penuaan.Jika kehilangan ingatan dan berdampak serius pada aktivitas sehari-hari, maka hal ini sangat tidak normal.
Mitos 3: Alzheimer Tidak Menyebabkan Kematian
Sebuah studi di Amerika Serikat menyatakan bahwa Alzheimer merupakan penyebab kematian keenam yang dapat terjadi sekitar 8-10 tahun setelah dilakukan diagnosa.
Penderita Alzheimer akan lupa untuk makan, atau mengalami kesulitan menelan, sehingga menyebabkan banyak kekurangan nutrisi. Mereka juga dapat mengalami kesulitan bernapas sehingga menyebabkan radang paru kronis yang dapat menyebabkan kematian.
Mitos 4: Tersedia Obat Alzheimer yang Dapat Mencegah Memburuknya Kondisi
Perawatan yang diberikan pada pasien Alzheimer hanya untuk mengurangi gejala. Tidak ada satu obat  atau peralatan kesehatan yang dapat menghentikan atau memperlambat proses dari penyakit ini.
Mitos 5: Penyebab Alzheimer adalah karena Aluminium, Imunisasi Flu, Tambal Gigi dan Aspartame
Tidak ada satu studi pun yang mendukung pernyataan mitos tersbut. Sampai saat ini pada ahli pun belum mengetahui secara pasti penyebab Alzheimer, mungkin saja faktor genetik atau gaya hidup. Para peneliti masih meneliti lebih lanjut tentang faktor hubungan gaya hidup dan Alzheimer.
Melakukan gaya hidup sehat seperti mengkonsumsi makanan sehat, olahraga teratur, terlibat dalam aktivitas sosial dan melakukan kegiatan yang merangsang pikiran dapat mengurangi resiko terkena penyakit Alzheimer.