Ahli Fisioterapi Siap Bantu Atlet Asian Games saat Cedera
Ahli fisioterapi siap memberikan bantuan selama berlangsungnya Asian Games yang akan digelar pada Agustus dan September. Sebanyak 40 ahli fisioterapi dengan sertifikasi internasional nantinya akan disiapkan di klinik dan lapangan. Namun, nantinya jumlah ahli fisioterapi akan bertambah. Jika ada yang tak bisa ditangani langsung, maka atlet yang cedera akan dibawa ke rumah sakit rujukan.
Fisioterapi merupakan salah satu bagian penting di olahraga. Seorang ahli fisioterapi menjadi penentu seorang atlet layak atau tidak untuk tampil.
Fisioterapi Khusus Atlet
Tidak mudah menjadi seorang ahli fisioterapi untuk memulihkan cedera para atlet. Meski sudah lulus akademi fisioterapi, seseorang bisa didaulat menjadi ahli fisioterapi setelah melalui beberapa tahapan.
Jadi seorang fisioterapis itu tidak cukup dengan ijazah. Namun semua fisioterapis harus punya surat tanda registrasi (STR). Setelah itu baru keluar surat izin praktek yang semuanya berlaku untuk 5 tahun.
Ahli fisioterapi nantinya akan menangani atlet jika mengalami cedera saat tampil dalam kejuaraan tersebut.
Sejumlah 40 ahli fisioterapi dengan sertifikasi internasional disiapkan untuk Asian Games 2018 baik di Jakarta maupun Palembang. Hanya saja, nantinya jumlah tersebut akan bertambah. Hal ini dilakukan setelah melihat kesiapan dan keahlian para fisioterapis dalam menangani orang yang cedera. Diperkirakan dalam waktu dekat akan ada penambahan. Karena tidak semua ahli fisioterapi bisa menangani cedera di olahraga. Hanya fisioterapis tertentu yang terlatih dan memiliki sertifikasi, khususnya di ajang Asian Games.
Nantinya ahli fisioterapi yang telah dipersiapkan akan ada di beberapa cabang olahraga. Namun, tak seluruhnya cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games 2018 menggunakan jasa fisioterapi.
Biasanya fisioterapi digunakan untuk cabang olahraga yang membutuhkan tenaga ekstra seperti voli, sepak bola, dan bulu tangkis. Nantinya para ahli fisioterapi akan berada di dalam lapangan maupun klinik Gelora Bung Karno dan di Palembang.
Ahli fisioterapi juga disiapkan pada rumah sakit rujukan. Ahli fisioterapi di rumah sakit diperuntukan jika memerlukan teknologi tertentu yang lebih canggih sehingga mendapatkan pelayanan yang sesuai standar penanganan cedera dalam olahraga.
Ikatan Fisioterapi Indonesia Bantu Lancarkan Asian Games
Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI) genap merayakan hari jadi ke-50. Organisasi ini berdiri di Solo pada 10 Juni 1968. Dalam perjalanannya, IFI sudah banyak melakukan pelayanan kepada masyarakat di Tanah Air. Termasuk dalam sektor olahraga.
Tahun ini bertepatan dengan event akbar Indonesia sebagai tuan rumah yaitu Asian Games 2018 yang berlangsung di Jakarta – Palembang pada 18 Agustus hingga 2 September mendatang, mereka pun siap mengamankan sesuai tugas dan fungsinya. Tepatnya dengan membantu atlet yang bertanding demi meminimalkan cedera.
IFI rutin berkomunikasi dengan INASGOC (Panitia Nasional Penyelenggara Asian Games XVIII/2018). Ahli fisioterapi yang dikerahkan dari IFI sudah berpengalaman dan berbeda dengan tukang urut atau sejenisnya.
Menurutnya, cedera dalam olahraga bisa fatal jika tanpa penanganan khusus. Itu mengapa, sebelum terjun ke Asian Games 2018, ahli fisioterapi tetap harus menjalani pelatihan lebih dulu.
Pentingnya Fisioterapi Pada Cedera Olahraga
Cedera yang terjadi karena olahraga dapat menjadi masalah yang serius apabila tidak segera ditangani dengan tepat. Menunda penanganan terhadap cedera olahraga akan menimbulkan degenerasi pada ligamen yang cedera. Untuk mencegah hal tersebut, dibutuhkan fisioterapi yang akan membantu mengontrol proses inflamasi (peradangan) dan memproteksi bagian yang cedera sehingga akan mempercepat proses penyembuhan.
Fisioterapi membantu mengembalikan, memelihara, dan meningkatkan kekuatan otot dan ligamen yang cedera. Salah satu teknik fisioterapi yang dilakukan adalah pemeriksaan range of motion exercise yang bertujuan untuk meningkatkan mobilitas gerakan sendi dan menjaga otot tetap bekerja sebagai stabilitas aktif pada sendi.
Apabila sudah terjadi disfungsi dari sistem musculosceletal seperti mobilitas gerak sendi yang menurun, maka digunakan teknik joint mobilisasi. Stretching dengan menggunakan PNF (propioceptive neuromuscular facilitation), dimana dilakukan stretching secara pasif dan kontraksi dilakukan secara isometrik guna membantu menjaga fleksibilitas serta mengurangi ketegangan otot (muscle tightness).