Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Tips Memilih Perawat Lansia Untuk Orang Tua Demensia

Tips Memilih Perawat Lansia Untuk Orang Tua Demensia

Sulitnya berkomunikasi dan secara mendadak orang tua lupa ingatan merupakan gejala dari penyakit demensia. Penyakit ini merupakan sebuah sindrom yang berkaitan dengan penurunan kemampuan fungsi otak, seperti menurunnya kemampuan berpikir, memahami sesuatu, melakukan pertimbangan, dan memahami bahasa, serta menurunnya kecerdasan mental. Sindrom ini umumnya menyerang orang-orang lansia di atas 65 tahun.

Setelah demensia didiagnosis, biasanya mengikuti lintasan tiga tahap penurunan kondisi. Pada demensia ringan, orang mungkin mengalami kesulitan untuk menginternalisasi informasi baru, mengingat nama, dan merencanakan serta mengelola tugas yang rumit. Mereka mungkin juga mengalami kesedihan, kecemasan, kehilangan minat pada hal-hal yang pernah mereka sukai, dan gejala depresi berat lainnya.

Pasien dengan demensia akan menunjukkan perubahan dalam proses sensorik dan fungsi fisik. Masalah dengan kebersihan pribadi, bahasa yang tidak pantas, dansuka menilai orang. Mereka kadang menjadi lebih berenergi pada malam hari, saat pengasuh dan anggota keluarga lainnya perlu tidur. Inilah intinya untuk memanggil tim perawatan paliatif untuk mendapatkan dukungan. Diperlukan juga beberapa modifikasi rumah: melepas karpet, memasang kunci dan kait pengaman, dan menyediakan toilet atau pispot di kamar tidur.

Demensia parah menyebabkan mobilitas terbatas atau tidak ada sama sekali, masalah inkontinensia, kehilangan memori yang luas, dan masalah menelan. Defisit perawatan diri merupakan gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting). Pada seseorang dengan demensia perlahan-lahan akan kehilangan minat dalam merawat dirinya Pasien mungkin mengalami kesulitan mengenali orang yang dicintai dan membutuhkan perawatan sepanjang waktu.

Hampir 40 persen orang di atas usia 65 tahun mengalami beberapa bentuk kehilangan memori. Saat mengalami penyakit demensia, orang tua Anda akan mengalami depresi dengan perubahan suasana hati dan perilaku serta kesulitan bersosialisasi hingga berhalusinasi. Pada kondisi ini, orang tua Anda sangat memerlukan pendampingan medis. Demensia tidak dapat disembuhkan, namun pengobatan secara dini dapat membantu meredakan dan memperlambat perkembangan gejala, serta menghindari komplikasi lebih lanjut. Butuh perawat lansia untuk mendampingi dan merawatnya.

Tips Mencari Perawat Lansia

Berikut ini tips untuk memilih perawat lansia yang tepat dan syarat-syarat yang harus dimiliki untuk penyakit demensia :

Cepat beradaptasi

Perawat Lansia harus mampu melakukan adaptasi secara cepat yaitu meliputi pengenalan pribadi orang tua Anda, karakter yang dimilikinya, hal-hal apa saja yang dibutuhkannya, dan termasuk hal-hal yang tidak disukainya. Selain itu perawat lansia juga perlu mengenal keluarga terdekat serta lingkungan di sekitarnya.

Mampu berkomunikasi dengan baik

Selain beradaptasi dengan cepat, perawat lansia juga harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Bisa juga menyampaikan pesan dengan jelas dan bisa melontarkan sebuah pertanyaan sederhana yang mampu memperoleh jawabannya dengan jelas pula. Ini penting agar perawat lansia dapat mengambil hati orang yang dirawatnya. Lansia pun akan menganggapnya sebagai teman berbagi.

Mampu menyerap informasi dan memberikan penjelasan

Perawat lansia untuk orang tua Anda haruslah memiliki kemampuan menjelaskan. Perawat lansia harus mampu merekam dengan baik dan menyerap informasi berupa cerita-cerita masa lalu si lansia. Dibutuhkan kerjasama antara perawat lansia dengan pihak keluarga. Setelah itu, perawat harus menceritakan kembali kenangan-kenangan indah di depan orang tua Anda.

Sabar

Dengan sifat orang tua Anda yang seolah akan kembali seperti kanak-kanak, perawat lansia diharapkan mampu menghadapinya. Perawat lansia harus menghadapi kondisi di saat orang tua Anda ngambek atau marah. Dibutuhkan kesabaran dan keikhlasan dalam setiap aktivitas saat menangani lansia.

Memiliki empati tinggi

Orang dengan Alzheimer atau demensia biasanya menuduh orang yang dekat dengan mereka melakukan pencurian, penganiayaan, atau hal-hal buruk lainnya.

Kasus-kasus pelecehan yang nyata memang ada, tetapi lebih sering, tuduhan ini sepenuhnya salah dan disebabkan oleh demensia paranoia atau delusi.

Penting untuk terus mengingatkan diri sendiri bahwa orang dewasa Anda yang lebih tua tidak mengatakan hal-hal ini dengan sengaja untuk menyakiti Anda. Kerusakan di otak mereka telah menyebabkan mereka sangat percaya pada hal-hal yang kita tahu tidak nyata.

Perawat lansia juga harus memiliki empati yang tinggi. Orang tua dengan penyakit demensia mempunyai tingkat sensitivitas yang tinggi dibandingkan orang yang beberapa puluh tahun lebih muda. Mereka mudah terbawa suasana dan mereka ingin dimengerti, mereka ingin dihormati. Untuk itulah dibutuhkan perawat yang mampu menunjukkan rasa empatinya.

Perawat yang ada di PerawatNers.com telah memiliki STR dan pengalaman yang dapat membantu penderita dementia dan keluarganya untuk menjalani kehidupan normal dan produktif.

Asuhan Keperawatan Pasien Demensia

Strategi komunikasi yang dilakukan oleh perawat terhadap pasien demensia antara lain :

  • Dekati klien dari depan, jangan dari belakang untuk mencegah respons terkejut.
  • Orientasi dan perkenalkan diri kepada klien dengan tepat.
  • Berbicara dengan perlahan, tenang, dan tidak terburu-buru.
  • Bantah klien secara perlahan tentang kesalahan persepsinya setelah terjalin hubungan saling percaya.
  • Gunakan sentuhan yang bijaksana, dan minta ijin sebelum menyentuh klien.
  • Perinci setiap perintah menjadi langkah-langkah sederhana yang dapat dicapai.
  • Perhatikan saat klien menggunakan konfabulasi (suka mengarang hal-hal yang tak bisa diingatnya/ membual).
  • Buat pernyataan yang spesifik dan terfokus (misal: “Anda perlu menggunakan jaket Anda”), jangan diberikan secara abstrak.
  • Berkomunikasi secara nonverbal jika klien sudah kehilangan penggunaan bahasa.

Diagnosa keperawatan: risiko terhadap trauma/cedera.

Tujuan khusus 1:

  • klien dan anggota keluarga akan mengamankan segala bentuk bahaya yang mungkin terjadi di dalam lingkungan rumah. Kriteria hasil (nursing out come):
  • Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko trauma/cedera.
  • Tidak mengalami trauma/cedera.

Intervensi:

  • Ciptakan agar lingkungan aman dengan cara menyimpan semua benda yang berpotensi berbahaya.
  • Rasional: penatalaksanaan lingkungan merupakan prioritas utama jika klien berada di lingkungan komunitas dalam waktu yang lama.
  • Identifikasi tempat yang aman bagi klien di dalam rumah, dan pertahankan supaya tempat tersebut tetap aman bebas dari bahaya.

Rasional:

  • Keamanan ditingkatkan dengan cara menyimpan benda-benda yang dapat menimbulkan bahaya bagi lansia dengan demensia yang ada di lingkungan rumah. Simpan semua benda yang berbahaya ke dalam tempat yang aman, terkunci dan diberi label.
  • Tindakan ini mencegah lansia dengan demensia supaya tidak menggunakan atau kontak dengan benda berbahaya tersebut, misalnya zat toksik. Simpan semua obat-obatan yang tidak diresepkan, seperti aspirin, obat batuk, dan semua obat yang sudah kadaluarsa atau potensial berbahaya, misalnya obat tidur dan narkotik.
  • Tindakan ini mencegah lansia dengan demensia supaya tidak memiliki akses dengan obat-obatan yang berpotensi berbahaya, mengkonsumsinya secara sembarangan dan tidak benar, serta menggunakannya untuk bunuh diri. Beri label pada ruangan dan pintu, dengan menggunakan nama atau sebuah gambar benda.
  • Hal ini memberikan suatu panduan ke lingkungan untuk penderita demensia yang mengalami gangguan kognitif.Pasang pagar pengaman, dan perlengkapan pengaman lain, di tempat tidur, kursi dan pintu.
  • Perlengkapan pengaman dapat mencegah terjatuh, dan memungkinkan intervensi yang sesuai.

Tujuan khusus 2: klien berpartisipasi dalam aktivitas kegiatan sehari-hari (ADL) yang menyenangkan dengan pengawasan yang ketat.

Kriteria hasil (nursing out come):

Meningkatkan tingkat aktivitas.

Keluarga mengenali potensial di lingkungan dan mengidentifikasi tahap-tahap untuk memperbaikinya.

Intervensi:

  • Dampingi klien selama ambulasi, dan bawa klien ke luar ruangan untuk olah raga jika memungkinkan. Ambulasi dan olah raga meningkatkan sirkulasi dan kesejateraan seluruh kondisi fisik.
  • Beritahu tempat lain (kantor polisi, rumah sakit, lingkungan rumah sekitar) yang tepat yang mungkin akan penderita demensia datangi ketika berjalan-jalan. Terbentuknya kesadaran masyarakat mengenai kecenderungan penderita demensia untuk berjalan-jalan akan membantu meningkatkan keamanan lansia untuk kembali. Minta penderita demensiauntuk mengenakan tanda pengenal medis, jika memungkinkan.
  • Identifikasi yang mudah dikenal sangat penting untuk keamanan  penderita demensia. Jika penderita demensia merokok, awasi secara ketat dan larang penderita demensia untuk memiliki korek api, hal ini menghilangkan kemungkinan timbulnya luka bakar atau kebakaran. Minimalkan dan awasi secara ketat setiap pengolahan makanan atau minuman.
  • Karena terdapat gangguan daya nilai, penderita demensia dapat melukai dirinya sendiri jika diijinkan untuk menggunakan benda-benda tajam dan perlengkapan memasak.

Diagnosa keperawatan: defisit perawatan diri.

Tujuan khusus 1: klien memaksimalkan partisipasi dalam aktivitas personal hygiene, ke toilet, dan aktivitas perawatan diri.

Kriteria hasil (nursing out come):

  • Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan.
  • Mampu melakukan aktivitas personal hygiene sesuai dengan tingkat kemampuan.
  • Mampu melakukan aktivitas ke toilet sesuai dengan tingkat kemampuan.

Intervensi:

  • Identifikasi kesulitan dalam melakukan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi), seperti keterbatasan gerak fisik, apatis/ depresi, dan penurunan kognitif.
  • Memahami penyebab yang memengaruhi intervensi. Masalah dapat diminimalkan dengan menyesuaikan atau memerlukan konsultasi dari ahli lain.  Identifikasi kebutuhan perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan), personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi), dan berikan bantuan sesuai kebutuhan.
  • Seiring perkembangan penyakit, kebutuhan perawatan diri, personal hygiene, dan toileting dilupakan. Panas (misal infeksi, penyakit gusi, dan penampilan kusut) terjadi saat klien/perawat terintimidasi dengan memelihara masalah yang ada.
  • Dorong penderita demensia untuk melaksanakan aktivitas perawatan diri (perawatan rambut/kuku/kulit, berpakaian, berdandan) dan personal hygiene (mandi dan menggosok gigi), dan toileting (eliminasi urin dan alvi) yang dapat dilakukan dengan aman, mandiri dan tanpa mengeluarkan banyak energi.
  • Partisipasi dalam aktivitas perawatan diri dan personal hygiene akan meningkatkan harga diri dan mempertahankan tonus kelompok-kelompok otot. Miliki perlengkapan khusus, seperti tempat duduk toilet yang dapat ditinggikan atau pagar pengaman.
  • Ketersediaan perlengkapan khusus meningkatkan performansi aktivitas mandi dan ke toilet. Dorong penderita demensia untuk mengenakan pakaian yang rapi dan nyaman.
  • Penderita demensiaperlu mempertahankan sensasi diri yang positif. Bantu penderita demensia mengenakan pakaian yang rapi dan indah.
  • Meningkatkan kepercayaan untuk hidup. Sediakan pakaian yang mudah digunakan, misalnya pakaian dengan karet pinggang dan perekat (velkro).
  • Pakaian yang mudah digunakan memfasilitasi kemandirian dalam berpakaian. Gabungkan kegiatan harian ke dalam jadwal aktivitas. Ubah waktu untuk berpakaian atau kebersihan penderita demensia jika masalah meningkat.
  • Mempertahankan kebutuhan rutin, mencegah kebingungan yang semakin memburuk dan meningkatkan partisipasi klien.

Tujuan khusus 2: klien mempertahankan jadual tidur, istirahat dan aktivitas yang cukup.

Kriteria hasil (nursing out come):

  • Memahami faktor penyebab gangguan tidur.
  • Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat.
  • Tampak atau melaporkan dapat beristirahat yang cukup.

Intervensi:

  • Buat jadual aktivitas yang mencakup periode istirahat setelah melaksanakan aktivitas. Hal ini penting untuk mencegah penderita demensia dari keletihan. Jangan menganjurkan penderita demensia tidur siang apabila berakibat efek negative terhadap tidur pada malam hari.
  • Irama sirkadian (siklus tidur-bangun) yang tersinkronisasi disebabkan oleh tidur siang yang singkat. Tentukan kebiasaan dan rutinitas waktu tidur malam dengan kebiasaan lansia (misalnya dengan memberi susu hangat).
  • Mengubah pola yang sudah terbiasa dari asupan makan lansia pada malam hari terbukti mengganggu tidur. Memberikan lingkungan yang nyaman untuk meningkatkan tidur, seperti mematikan lampu, ventilasi ruang adekuat, suhu yang sesuai, dan menghindari kebisingan.
  • Hambatan kortikal pada formasi retikular akan berkurang selama tidur, meningkatkan respon otomatik, karenanya respons kardiovaskular terhadap suara meningkat selama tidur. Pantau toleransi aktivitas klien dengan memberikan kegiatan sesuai kemampuan, jika mungkin buat program olahraga harian.
  • Olahraga mempunyai efek kardiovaskular yang positif dan meningkatkan kesehatan emosi. Beri kesempatan pada klien untuk ikut serta dalam aktivitas sosial yang sederhana dan sudah dikenal serta aktivitas yang berorientasi pada tugas, seperti saling membantu dalam melakukan tugas dalam keluarga.
  • Partisipasi dalam aktivitas meningkatkan sosialisasi, orientasi, dan kesenangan. Tentukan bagaimana pengaruh olahraga, jam istirahat, dan aktivitas terhadap kemampuan tidur penderita demensia
  • Dengan memantau pola istirahat tidur, perawat dapat menentukan kondisi terbaik untuk meningkatkan tidur. Anjurkan penderita demensia tidur menggunakan kaos kaki atau pakain tertentu.
  • Memberikan keamanan, mengubah, mengurangi pemberontakan dan memudahkan beristirahat. Buat jadual tidur secara teratur.
  • Penguatan bahwa saatnya tidur dan mempertahankan kestabilan lingkungan.

Diagnosa keperawatan: ketegangan pemberi asuhan.

Tujuan khusus 1: anggota keluarga mendiskusikan perasaan konflik dan perasaan ambivalen tentang klien.

Kriteria hasil (nursing out come):

  • Mampu mengungkapkan perasaan konflik tentang klien.
  • Mampu menggunakan mekanisme koping yang adaptif.

Intervensi:

  • Bantu anggota keluarga untuk mengidentifikasi dan mendiskusikan perasaan mereka mengenai situasi, hal ini wajar bagi orang untuk merasa bingung, takut, merasa bersalah, dan berduka cita jika salah satu anggota keluarga didiagnosis menderita penyakit Alzheimer.
  • Diskusikan situasi yang secara khusus membuat stres orang yang merawat klien, misalnya mengatasi sikap kecurigaan, kecemasan, dan perilaku bermusuhan dari penderita demensia
  • Mengajarkan pada keluarga cara menangani perilaku yang membuat stres ini akan meningkatkan pengendalian situasi. Didik anggota keluarga tentang cara mengatasi penurunan kemampuan pada klien.
  • Pengetahuan dan kemampuan mengatasi situasi, mengurangi rasa kecemasan dan perasaan tidak berdaya. Atur pelaksanaan terapi keluarga untuk menghindari situasi stres yang akan berkembang menjadi sebuah krisis.
  • Sebuah keluarga yang berada dalam krisis atau sedang di ambang krisis memerlukan bantuan yang akan memprakarsai perilaku koping. Diskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan untuk memperoleh konsultasi pelayanan kesehatan jika kondisi penderita demensia semakin menurun.
  • Perencanaan akan memberi waktu bagi keluarga untuk mendiskusikan serangkaian tindakan terbaik yang harus dilaksanakan karena kebutuhan klien akan perawatan semakin meningkat.

Tujuan khusus 2: keluarga mengembangkan jaringan sumber dan mengetahui cara mengakses sumbersumber komunitas untuk memperoleh dukungan dan bimbingan.

Kriteria hasil (nursing out come):

Keluarga mendapatkan sumber-sumber pendukung dan bimbingan pelayanan kesehatan.

Intervensi:

  • Diskusikan sumber-sumber yang diperlukan untuk menyediakan perawatan yang aman dan cukup.
  • Sumber daya manusia dan dana harus dianggarkan dan disediakan sebelum perawatan yang efektif dapat dimulai. Rumuskan suatu rencana untuk memperoleh bantuan dari anggota keluarga yang lain, tetangga, dan teman-teman jika diperlukan.
  • Pendelegasian tugas dan tanggung jawab mengurangi energi yang dikeluarkan oleh perawat klien serta mengurangi tingkat ansietas.
  • Bicarakan dengan pemberi perawatan lansia mengenai kebutuhan untuk membuat sebuah rencana guna mempertahankan kesejahteraan klien, termasuk waktu istirahat, olahraga, dan rekreasi.
  • Pemberi perawatan perlu mengetahui bahwa stresor dan tekanan-tekanan yang terjadi setiap hari meningkatkan kerentanan mereka terhadap penyakit. Ajarkan pemberi perawatan tentang cara menghindari stres dan demontrasikan keterampilan menangani stres.
  • Pemberi perawatan harus tahu cara mengelola stresor dan mencegah agar mereka tidak mengalami keletihan akibat pekerjaan dan tanggung jawab yang berlebihan. Buat rencana perawatan alternatif untuk klien.
  • Rencana pendukung darurat harus tersedia di tempat sehingga mereka dapat dimobilisasi jika kebutuhan terjadi. Dapatkan sebuah daftar referensi pelayanan medis yang tersedia, khususnya perawatan kesehatan di rumah dan respite care.
  • Kemampuan keluarga untuk mengakses pelayanan yang penting akan memampukan klien tetap berada dalam komunitas dan menunda kebutuhan akan pelembagaan.
Subscribe