Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Kenali Gejala dan Penanganan Depresi Pada Lansia

Kenali Gejala dan Penanganan Depresi Pada Lansia

Depresi adalah ganguan mental dan emosional yang juga mempengaruhi orang dewasa atau yang lebih tua. Depresi pada lansia ini di sebut juga “depresi geriatri”. Banyak masyarakat yang menyebut depresi dalam konotasi sehari hari. Tetapi sebenarnya depresi adalah suatu kondisi medis yang dapat di obati. Karena itu gejala dan penanganan depresi pada lansia perlu untuk dikenali dan di lakukan penanganan yang tepat agar tidak semakin parah.

Ketika kita mengalami depresi akan memiliki masalah dengan kehidupan sehari-hari selama berminggu-minggu. Dokter menyebut kondisi ini “gangguan depresi” atau “depresi klinis. Depresi adalah penyakit medis dan bukan pertanda kelemahan seseorang atau cacat karakter. Pasien tidak dapat “keluar dari” depresi klinis. Kebanyakan orang yang mengalami depresi membutuhkan perawatan untuk menjadi lebih baik.

Depresi Bukan Hal Wajar dari Menjadi Tua

Walaupu demikian depresi bukanlah hal yang normal dari fase menjadi tua. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang dewasa yang lebih tua merasa puas dengan kehidupan mereka, meskipun memiliki lebih banyak penyakit atau masalah fisik. Tetapi sekitar 58 persen dari orang tua di atas usia 60 tahun berpikir bahwa depresi adalah bagian normal dari penuaan. Mitos seperti ini sering dijadikan pola pikir pada lansia yang memiliki penyakit depresi namun enggan untuk diidentifikasi atau periksa ke dokter.

Padahal depresi pada lansia di picu oleh perubahan penting dalam hidup yang terjadi seiring bertambahnya usia dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, stres, dan sedih. Sebagai contoh kematian orang yang dicintai, pindah dari pekerjaan ke pensiun, atau berurusan dengan penyakit serius dapat membuat orang merasa sedih atau cemas. Setelah periode penyesuaian, banyak orang dewasa yang lebih tua dapat memperoleh kembali keseimbangan emosional mereka, tetapi yang lain tidak dan mungkin mengalami depresi.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa proporsi populasi lansia berusia di atas 60 tahun meningkat hampir dua kali lipat dari 12 persen menjadi 22 persen antara tahun 2015 dan 2050. Gangguan mental dan neurologis yang paling umum pada kelompok usia ini adalah demensia dan depresi, yang memengaruhi sekitar 5 persen dan 7 persen dari total populasi lansia di dunia. Gangguan cemas mempengaruhi sekitar 3,8 persen dari populasi tersebut.

Jadi depresi bukan hanya memiliki “feeling blues” atau emosi yang kita rasakan ketika berduka karena kehilangan orang yang dicintai. Ini adalah kondisi medis sejati yang dapat diobati, seperti kondisi medis lainnya sebagai contoh diabetes atau hipertensi.

Bagaimana Kita Tahu Mengalami Depresi?

Seseorang yang mengalami depresi memiliki perasaan sedih atau cemas yang berlangsung selama berminggu-minggu. Mereka mungkin juga mengalami:

  • Perasaan putus asa dan atau pesimisme
  • Perasaan bersalah, tidak berharga dan atau tidak berdaya
  • Lekas marah, gelisah
  • Kehilangan minat pada kegiatan atau hobi yang pernah menyenangkan
  • Kelelahan berlebihan dan energi berkurang
  • Kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail dan juga membuat keputusan
  • Insomnia, bangun pagi, atau tidur berlebihan
  • Terlalu banyak makan atau bahkan kehilangan nafsu makan
  • Pikiran bunuh diri atau lebih parahnya bila melakukan percobaan bunuh diri
  • Sakit atau rasa sakit yang terus-menerus, sakit kepala, kram, atau masalah pencernaan terus menerus dan masalah kesehatan tersebut tidak membaik bahkan dengan perawatan

Beda Depresi Orang Dewasa dan Lansia

Lansia atau orang dewasa yang berumur lebih tua berisiko lebih tinggi. Depresi pada lansia atau orang lanjut usia mungkin sulit dikenali karena mereka mungkin menunjukkan gejala yang berbeda dari orang yang lebih muda. Bagi beberapa lansia dengan depresi, kesedihan bukanlah gejala utama. Mereka mungkin memiliki gejala depresi lain yang kurang jelas, atau mereka mungkin tidak mau membicarakan perasaan mereka. Karena itu, dokter mungkin kurang menyadari bahwa pasien mereka mengalami depresi. Terkadang orang tua yang mengalami depresi tampak merasa lelah, sulit tidur, atau tampak pemarah dan mudah tersinggung.

Hal ini di sebabkan bahwa sekitar 80% orang dewasa yang lebih tua memiliki setidaknya satu satu penyakit kronis, dan 50% memiliki dua atau lebih. Lansia juga mungkin memiliki lebih banyak kondisi medis, seperti penyakit jantung, stroke, atau kanker, yang dapat menyebabkan gejala depresi. Atau mereka mungkin minum obat dengan efek samping yang berkontribusi terhadap depresi.

Depresi pada lansia lebih sering terjadi disebabkan adanya penyakit yang diderita mereka seperti penyakit jantung atau kanker atau yang fungsin tubuh dari lansia tersebut menjadi terbatas. Keterbatasan fisik ini adalah pemicu dari depres pada lansia. Pada lanssia, sering depresi di diagnosis salah. Banyak yang mengira baha gejala depresi hanya sebagai realsi alami terhadap penyakiy yang d derita oleh lansia tersebut atau hal alami karena perubahan kehidupan yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia.Dokter dan keluarga mungkin saja tidak menyadari tanda-tanda depresi pada lansia. Dengan demikian, depresi pada lansia dirasa bukan sesuatu yang perlu diobati.

Penyebab Depresi Pada Lansia

Tidak ada penyebab tunggal depresi pada kelompok umur mana pun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mungkin ada hubungan genetik dengan penyakit ini. Namun, faktor biologis, sosial, dan psikologis semuanya memainkan peran dalam depresi pada orang yang berusia lanjut.
Penelitian menunjukkan bahwa hal-hal berikut dapat berkontribusi terhadap depresi:

Rendahnya kadar neurotransmittor penting di otak seperti serotonin dan norepinefrin
Riwayat depresi keluarga
Peristiwa kehidupan yang traumatis, seperti pelecehan atau kematian orang yang dicintai
Komplikasi yang terkait dengan penuaan dapat berkontribusi pada depresi pada lansia, meliputi:

  • Keterbatasan kemampuan gerak
  • Isolasi
  • Transisi dari pekerjaan ke pensiun
  • Kesulitan keuangan
  • Kematian teman dan orang yang dicintai
  • Kehilangan pasangan karena kematian atau perceraian
  • Kondisi medis kronis
  • Kehilangan orang tercinta
  • Kurangnya pergaulan atau kehidupan sosial
  • Mengalami peristiwa hidup yang penuh stres/trauma
  • Pengaruh obat-obatan atau kombinasi obat-obatan tertentu
  • Cacat tubuh, misalnya amputasi, kanker, bekas operasi atau penyakit jantung
  • Riwayat keluarga yang memiliki catatan depresi
  • Takut akan kematian
  • Tinggal sendiri, terisolasi secara sosial
  • Memiliki penyakit tertentu, seperti diabetes, demensia, hipertensi, serta stroke
  • Riwayat depresi sebelumnya

Terapi Depresi Pada Lansia

Psikoterapi, juga disebut “terapi bicara,” dapat membantu lansia dengan depresi. Terapi bicara ini bisa berlangsung 10 hingga 20 minggu. Masa terapi bisa juga lebih panjang, tergantung pada kebutuhan orang tersebut.

Salah satu jenis terapi bicara yang digunakan untuk mengobati depresi adalah terapi perilaku kognitif. Jenis terapi ini membantu orang mengubah pemikiran negatif dan perilaku apa pun yang dapat membuat depresi semakin buruk. Terapi interpersonal dapat membantu seseorang memahami dan melalui fase hubungan bermasalah yang dapat menyebabkan depresi atau memperburuknya. Jenis terapi bicara lainnya, seperti terapi pemecahan masalah, dapat membantu orang dengan depresi.

Bagaimana Mencegah Depresi Pada Lansia

Apa yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko depresi? Bagaimana mengatasinya? Ada beberapa langkah yang bisa diambil. Cobalah untuk mempersiapkan perubahan besar dalam hidup, seperti pensiun atau pindah dari rumah selama bertahun-tahun. Perubahan tempat kerja, pindah rumah dan kehilangan pasangan adalah kotributor terbesar dari depresi pada usia berapapun. Tetap berhubungan dengan keluarga. Biarkan mereka tahu ketika kita merasa sedih

Olahraga teratur juga dapat membantu mencegah depresi atau mengangkat suasana hati Anda jika Anda mengalami depresi. Pilih sesuatu yang ingin Anda lakukan. Menjadi sehat secara fisik dan makan makanan seimbang dapat membantu menghindari penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan atau depresi.

Subscribe