Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Hari Peduli Autisme Dunia, Mari Lebih Mengenal Autisme

Setiap 2 April diperingati sebagai World Autism Day. Tahun ini PBB memilih tema Empowering Women and Girls with Autism untuk lebih melindungi dan peduli pada penyandang autism.

Dalam rangka peringatan Hari Kesadaran Autisme Dunia 2018 ini, markas Besar PBB, New York,  akan berfokus  memberdayakan perempuan dan anak perempuan dengan autism. Mereka akan lebih dilibatkan pada organisasi perwakilan untuk mengambil kebijakan dan mengambil keputusan penting. Hal ini untuk lebih melindungi mereka dari diskriminasi seperti tidak mendapat akses pendidikan, pekerjaan dengan  upah lebih rendah dibanding lelaki atau perempuan normal, selain itu lebih rentan pada kekerasan fisik, seksual, dan ekonomi.

Majelis Umum PBB dengan suara bulat menyatakan 2 April sebagai Hari Kesadaran Autisme Dunia (A / RES / 62/139) untuk menyoroti kebutuhan untuk membantu meningkatkan kualitas hidup mereka yang menyandang austim. PBB berharap penyandang autism dapat menjalani hidup berkualitas dan bermakna dan menjadi bagian masyarakat.

UNESCO memiliki data pada 2011 lalu diperkirakan terdapat  35 juta orang dengan autisme di dunia atau 6 orang di antara 1.000 orang populasi dunia menyandang autisme.

Meski di Indonesia belum ada data resmi yang menyatakan jumlah pasti anak dengan autisme, pada  2013 lalu Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan pernah menduga jumlah anak dengan autisme di Indonesia sekitar 112 orang dengan rentang usia 5 sampai 19 tahun. Di Indonesia, pada tahun 2015 data dari klinik autisme  per 250 anak mengalami gangguan autisme dan terdapat kurang lebih 12.800 anak dengan autisme dan 134.000 orang dengan autisme di Indonesia.

Autisme di Indonesia

Bagaimana di Indonesia? Sayangnya, Indonesia belum memiliki data  resmi jumlah anak menyandang autism. Namun dari riset di beberapa tempat di dunia penyandang  autism terus meningkat.  Meski di Indonesia belum ada data resmi yang menyatakan jumlah pasti anak dengan autisme, pada tahun 2013 lalu Direktur Bina Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan pernah menduga jumlah anak dengan autisme di Indonesia sekitar 112 orang dengan rentang usia 5 sampai 19 tahun.

Tingkat autisme di semua wilayah di dunia tinggi dan kurangnya pemahaman memiliki dampak yang luar biasa pada individu, keluarga dan komunitas mereka.

Stigmatisasi dan diskriminasi yang terkait dengan perbedaan neurologis tetap menjadi kendala substansial untuk diagnosis dan terapi, masalah yang harus ditangani oleh pembuat kebijakan publik di negara berkembang, serta negara-negara donor.

Mengenal Gejala Autisme

Mellly Budhiman SpKJ seorang psikiatri yang secara khusus mendalami masalah autisme di Indonesia dan sekaligus ketua Yayasan Austisme Indonesia terus mengedukasi masyarakat tentang kepedulian pada penyandang autism. “Dahulu banyak orang mengejek orang-orang yang tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya dengan sebutan autis. Hal ini tidak dapat dibenarkan. Atau ada juga kesalahan menyebut autis seharusnya yang benar adalah autisme,” jelas Melly.

Memang saat ini kesadaran masyarakat sudah meningkat. Banyak orangtua  yang mendapatkan banyak informasi seputar autisme. Mereka sudah dapat berkonsultasi  ke dokter atau rumah sakit. Pemeriksaan kondisi anak dengan sindrom autisme sudah dapat dilakukan. “Dahulu penyakit ini banyak belum dikenal dan sulit untuk didiagnosa,” tambah Melly.

Autism Spectrum Disorder (ASD)  merupakan gangguan perkembangan. Terlihat sejak saat dini gejala bisa terlihaat saat sebelum mencapai tiga tahun.

Sedangkan istilah spektrum dengan adanya banyak gejala dan kondisi keparahan yang muncul, mulai dari tingkatan rendah hingga tinggi. Kondisi antara satu anak biasanya berbeda dengan anak lainnya.

Misalnya saja  ada anak yang sulit komunikasi dan cenderung diam, atau mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan orang-orang sekitarnya, ada yang kesulitan bicara, ada yang tidak dapat kontak mata, ada juga yang memiliki kemampuan belajar tinggi tetapi tidak dapat bersosialisasi.

Ada beberapa gejala yang muncul pada anak penyangang autism. Gejala autisme infantil  bisa muncul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sebetulnya sudah terlihat sejak lahir.  Bagi seorang ibu harus cermat mengalami perkembangan dan pertumbuhannya. Paling terlihat bila anak di bawah satu tahun namun tidak ada kontak mata.

Untuk memastikan seorang anak menderita autism atau tidak, dapat menggunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (International Classification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk autis infantil yang isinya sama dan saat ini digunakan di seluruh dunia.

Anda sudah harus mencurigai perkembangan anak Anda ketika berusia 3 tahun namun memiliki keterlambatan atau gangguan dalam cara interaksi sosial, bicara dan berbahasa, serta cara bermain yang tidak variatif (monoton).

Bila Anda memiliki anak menyandang autisme jangan langsung cemas. Faktanya, banyak kemungkinan kondisinya dapat disembuhkan. Hanya memang perlu intervensi sejak dini untuk mencegah kerusakan lebih parah. Saat ini banyak anak-anak penyandang autisme yang dapat sembuh dan hidup normal. Tidak sedikit anak penyandang autism dapat sekolah dan bekerja dengan baik.

Subscribe