Keluarga Korban Lion Air JT 610 Akan Lakukan Tes DNA, Bagaimana Cara Perawat Medis Bekerja?
Tragedi jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (29/10/2018) kemarin telah menemukan korban. Pihak RS Polri Kramat Jati meminta keluarga, terutama orang tua atau anak korban, untuk segera datang agar sampel DNA-nya bisa diambil, sehingga mempermudah identifikasi para korban.
Tim ahli dan perawat medis melakukan tes DNA yang merupakan alat terkuat untuk mengidentifikasi, biasanya digunakan untuk tes biologis, forensik kriminal atau terapi gen. Molekul pada DNA membawa informasi genetik kita, mulai dari warna mata hingga aspek-aspek kepribadian kita. Setiap sel dalam tubuh kita, mulai jantung hingga kulit, darah hingga tulang, memiliki set komplit DNA. 99,9 persen DNA manusia itu identik, sisanya sebesar 0,1 persen yang membedakan yaitu keunikan dari masing-masing orangnya.
Proses Perawat Medis Bantu Tim Ahli dalam Tes DNA
Untuk tes DNA biologis (parental), forensik dan genetik berfokus untuk mencari kemiripan dari penanda genetik antara dua sampel biologis. Karena seluruh sel dalam tubuh mengandung DNA yang nyaris sama, sampel bisa didapat dari bagian tubuh manapun, seperti kulit, folikel rambut, darah dan cairan tubuh lainnya.
Ahli forensik yang dibantu dengan perawat medis biasanya akan diminta untuk membandingkan DNA dari sel-sel kulit yang ditemukan di bawah kuku korban, dengan DNA dari sampel darah yang diambil dari keluarga potensial korban. Lalu pertama-tama, DNA diisolasikan dari sel-selnya dan jutaan duplikatnya akan dibuat menggunakan metode yang disebut polymerase chain reaction atau PCR.
PCR menggunakan enzim alami yang akan berkali-kali menyalin peregangan DNA tertentu. Memiliki banyak DNA membuat kode genetik lebih mudah untuk dianalisis. Lalu molekul DNA dibagi pada lokasi-lokasi tertentu untuk memisahkanya menjadi ‘pecahan’ yang dikenali dan kode pada titik-titik tertentu tersebut dianalisis untuk membuat DNA sidik jari dari dua sampel yang berbeda lalu dibandingkan untuk melihat apakah keduanya cocok.
Keakuratan tes DNA memang memiliki implikasi yang besar. Terkadang tes ini hanya menjadi satu-satunya ‘bukti’ untuk membuktikan apakah seseorang benar pelaku dari sebuah kriminal atau mengidentifikasi korban kecelakaan atau bencana alam.
Tes Dilakukan Lebih dari Satu Kali
DNA merupakan asam nukleat yang menyimpan semua informasi tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit, dan sifat-sifat khusus dari manusia. Metode yang digunakan dalam tes DNA adalah dengan mengidentifikasi fragmen-fragmen dari DNA itu sendiri. Atau, secara sederhananya, tes DNA adalah metode untuk mengidentifikasi, menghimpun, dan menginventarisasi file-file khas karakter tubuh.
Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri atas 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex (XX atau XY).
Setiap anak akan menerima setengah pasang kromosom dari ayah dan setengah pasang kromosom lainnya dari ibu, sehingga setiap individu membawa sifat yang diturunkan baik dari ibu maupun ayah.
Setiap orang memiliki DNA yang berbentuk double helix atau rantai ganda, satu rantai diturunkan dari ibu dan satu rantai lagi diturunkan dari ayah. Hal inilah yang bisa mengungkapkan asal usul keturunan. Hal ini bisa dilihat dari susunan DNA anak, lalu dibandingkan dengan kedua orang tuanya. Kalau susunan DNA ibu dan ayah itu ada pada anak, berarti anak itu adalah anak kandung.
Untuk mengurangi kemungkinan adanya error, para ahli dan perawat medis akan mengetes lebih dari satu penanda genetik. Semakin identik di antara kedua sampel, semakin akurat tes tersebut. Namun untuk mengetes lebih banyak tentu akan membutuhkan banyak waktu dan biaya pula. Tes DNA forensik biasanya menguji enam hingga sepuluh penanda.