Kami Mencari Perawat Freelance

Hanya untuk yang amanah dalam bekerja

Daftar Sekarang

Rapid Test Antigen Mana Yang Lebih Akurat - Swab atau Air Liur Saliva?

Rapid Test Antigen Mana Yang Lebih Akurat - Swab atau Air Liur Saliva?

Sejak hari-hari awal pandemi, dokter dan peneliti telah mencari alternatif untuk test swab nasofaring. Sementara sampel yang dikumpulkan dari test swab dianggap sebagai standar emas dalam hal menghasilkan hasil yang akurat. Akan tetapi tes ini membutuhkan lebih banyak persediaan, menempatkan petugas kesehatan dalam kontak yang lebih dekat dengan individu yang berpotensi terinfeksi dan sulit ditingkatkan untuk pengujian massal. Air liur telah diajukan sebagai alternatif yang murah dan mudah tetapi kemanjuran dan keakuratannya tetap menjadi titik perdebatan bagi mereka yang mencintai cara lama.

Bahkan ketika universitas besar mulai meluncurkan inisiatif berbasis air liur yang ambisius di kampus- kampus di seluruh Amerika Serikat maka perusahaan swasta yang inovatif ingin mengembangkan tes diagnostik cepat di rumah telah mulai beralih dari test swab semacam itu. Uji coba pengujian berbasis air liur yang digunakan di lapangan telah menghasilkan hasil yang beragam dan masih belum diketahui dalam kondisi apa air liur paling berguna atau cara terbaik untuk memasukkannya ke dalam kerangka pengujian yang ada.

Anne Wyllie, seorang ahli epidemiologi di Yale School of Public Health telah mempelajari penggunaan air liur sebagai sumber materi genetik selama dekade terakhir dan baru-baru ini melakukan penelitian tentang peran air liur dalam pengujian COVID-19. Wyllie telah melacak hampir seluruh literatur yang tersedia  selama pandemi untuk melihat seberapa sering air liur mengungguli test swab nasofaring. Di hampir 30 penelitian yang dia analisa hampir lebih dari setengah setengah test air liur lebih akurat" katanya.

Untuk menguji keakuratan rapid test antigen air liur sendiri maka Wyllie dan 50 rekannya melakukan perbandingan secara bersamaan dan baru-baru ini menulis komentar di New England Journal of Medicine di mana mereka melaporkan temuan tersebut.

Siapa Saja Yang Memiliki Faktor Resiko Covid-19
Faktor resiko covid-19 atau coronavirus adalah penyakit baru dan informasi yang tersedia masih sangat terbatas terutama mengenai faktor risiko yang memperparah penyakit tersebut. Berdasarkan informasi yang tersedia saat ini dan keahlian klinis, orang dewasa yang lebih tua dan orang-orang dari segala…

Di antara 70 pasien yang dirawat di Rumah Sakit Yale-New Haven dengan dugaan kasus COVID-19 maka penelitian menemukan bahwa sampel air liur seringkali mengandung lebih banyak salinan SARS-CoV-2 daripada sampel swab dan persentase positif lebih tinggi dari sampel air liur hingga 10 hari setelah diagnosa awal. Dan ketika diterapkan pada 495 petugas kesehatan maka rapid tes antigen menggunakan air liur mampu mengidentifikasi dua kasus tanpa gejala lebih banyak daripada test swab. Hal inilah yang membuat tim peneliti menyimpulkan dalam jurnal ilmiah mereka bahwa temuan kami memberikan dukungan bukti untuk potensi penggunaan spesimen air liur dalam diagnosis infeksi SARS-CoV-2.

Dalam pengaturan perawatan kesehatan yang terkontrol maka hasil tes antigen air liur dapat sebanding dengan tes swab nasofaring.

Tetapi COVID-19 adalah pandemi global, dan banyak komunitas yang paling terpukul adalah pedesaan, miskin atau kurang terlayani. Dan kondisi tersebut dapat memengaruhi seberapa baik tes berbasis air liur bekerja.

Pengujian Keakuratan Test Antigen Dilapangan

Dengan membawa pengujian langsung ke lapangan, peneliti dapat menilai keakuratan kedua alat test ini langsung dalam skenario dunia nyata. “Di sinilah kita benar-benar dapat melihat kegunaannya” kata Wyllie kepada The Scientist . Dedikasi penelitiannya telah menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 tetap stabil di dalam air liur untuk jangka waktu yang lama bahkan pada suhu kamar. Sebuah karakteristik yang berguna dalam situasi pengambilan sampel ketika pengaturan suhu mungkin sangat mahal atau tidak sama sekali.

Hasil Sampel Rapid Test Antigen Dengan Metode Air Liur atau Saliva

Setelah dikumpulkan, sampel disimpan dalam suhu dingin dan dibawa ke rumah sakit untuk diproses dalam waktu 24 jam. Kedua sampel menjalani protokol ekstraksi dan uji PCR yang sama untuk menyaring keberadaan tiga gen virus yaitu N , E , dan RdRP .

Hasil penelitian ini dibagikan pada 24 September di server preprint medRxiv yang  menunjukkan bahwa di antara 776 peserta sekitar 162 menerima diagnosis positif dari setidaknya satu dari dua metode yaitu 76 kasus dari swab, 10 dari saliva, dan 76 dari saliva dan swab. Enam puluh satu persen dari mereka dengan COVID-19 dilaporkan mengalami gejala ringan sementara 39 persen tidak menunjukkan gejala.

Secara keseluruhan, tes air liur kurang sensitif dibandingkan tes swab nasofaring, walaupun hasilnya berbeda berdasarkan viral load seseorang. PCR memperkuat urutan target dalam siklus dengan menggandakan pada setiap siklus  jumlah materi genetik dari virus. Semakin tinggi konsentrasi awal virus, semakin sedikit siklus yang diperlukan untuk melewati ambang siklus (Ct). Profesional medis menggunakan nilai ini untuk menilai apakah seseorang dinyatakan positif COVID-19.

Perbedaan performa antara kedua metode juga bervariasi berdasarkan gen virus yang diamplifikasi. Tes PCR menargetkan ketiga gen sekaligus tetapi analisa data yang memisahkan deteksi setiap gen menunjukkan gen N, wilayah virus yang direkomendasikan untuk pengujian oleh Centers for Disease Control and Prevention adalah yang paling tidak dapat diandalkan terutama bila viral load rendah. Di antara pasien bergejala, kecocokan hasil antara kedua metode rata-rata adalah 77 persen tetapi ketika para peneliti mengecualikan hasil di mana gen N   terdeteksi tetapi gen E dan RdRP tidak maka hal itu meningkatkan keakuratan hasil antara tes swab dan air liur hingga 90 persen.

Subscribe