Visi Virgiani: "Never Give Up on Stroke"
Dalam hidup seseorang kadang menemui kejutan. Entah kejutan menyenangkan atau tidak. Seperti yang dialami Visi Virgiani yang tidak menyangka akan mengalami stroke pada usia 33 tahun. Kini dia mencoba berdamai dengan stroke, menjalani berbagai terapi, kembali bekerja, dan berupaya hidup positif.
Hari cerah, langit biru dan matahari menjanjikan hari yang ceria. Namun, ternyata hari itu menjadi hari paling menakutkan bagi Visi. Ada satu peristiwa yang tidak pernah terlupakan terjadi dalam hidupnya.
“Saat itu Selasa, 22 Oktober 2013 jam menunjukkan pukul 1.30 WIB saya selesai makan siang bersama dengan adik saya. Kebetulan adik saya berkantor di gedung yang saya datangi. Saya bekerja sebagai auditor dan kadang saya datang ke suatu kantor yang berbeda. Hari itu saya bekerja sendirian dan ada beberapa teman saya yang sedang bertugas di tempat lain,” cerita Visi membuka percakapan dengan PerawatNers.com.
Serangan Stroke Tiba-Tiba
Setelah makan, Visi kembali ke ruang kerjanya. Ketika akan menyalakan komputer mendadak dia terjatuh. “Saya merasa kaget dan shock, tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya. Saya bingung. Saya selalu membawa obat darah tinggi just in case kalau ada apa-apa. Obat darah tinggi itu berdosis rendah, tetapi tidak saya minum. Saya mencoba telepon teman kerja saya. Saya bingung karena tidak bisa bicara. Akhirnya teman kerja saya lari datang ke ruang saya, dan saya inisiatif untuk menuliskan ‘RSPP’ di post it dan mendial nomor telepon suami saya,” lanjutnya.
“Saya segera didudukkan ke kursi dorong dan menggunakan lift. Saat itu saya berada di lantai 16, ketika pintu lift terbuka, suami saya datang. Kebetulan suami saya lokasi kantornya tidak jauh. Akhirnya saya dibawa ke Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Saat ke RSPP saya merasakan semuanya gelap. Saya lemah dan suami saya mencegah saya untuk tertidur. Saya mencoba untuk tetap sadar,” katanya.
Akhirnya, Visi sampai RSPP dan hanya bisa menangis sedih. “Saya tidak pernah menduga kalau saya bisa mengalami stroke. Saya berpikirkan kan saya masih muda. Saya berpikir bukannya stroke menyerang orang lansia saja. Saya menjalani CT Scan. Saudara-saudara saya datang. Akhirnya, rambut saya dicukur. Padahal rambut saya panjang sekali,” tambahnya.
Dari hasil CT Scan itu saya terdektesi stroke dengan pembuluh darah pecah di bagian otak. Luas diameternya sebesar apel. Saat itu dokter sudah mempertimbangkan operasi. “Saya tidak sadar. Blank. Cuma setelah saya sadar, suami saya sempat bilang sebelum saya masuk ke kamar operasi, dia membisikkan ‘Ingat Azel, anak kami’,” ungkap Visi.
“Akhirnya saya dioperasi usai Magrib selama dua jam. Saya tak sadar selama empat hari. Saya wake up dengan kesadaran belum penuh, kepala plontos, dengan tubuh penuh dengan selang. Selain itu, saya dengan masih di bawah pengaruh obat bius, tubuh saya merasa aneh. Saya seperti ditarik-tarik antara sadar dan tidak. Menurut perawat dan suami bicara saya masih kacau. Saat itu saya pas bertemu dengan anak saya juga samar-samar ingat,” cerita Visi.
Hadiah Terindah Ulang Tahun Suami Siuman Usai Stroke
“Saya keluar dari ruang ICU operasi ke ruang perawatan biasa, Sabtu 26 Oktober. Hari itu bertepatan suami saya ulang tahun. Suami saya cerita kalau dia begitu kuat berdoa agar saya bisa keluar dari ICU bertepatan dia ulang tahun. Pokoknya suami saya ‘memaksa’ saya bisa keluar dari ruang ICU. Jadi ketika saya dipindahkan ke ruang perawatan pada hari ulang tahun suami saya, suami saya bilang seperti hadiah ulang tahun terindah buat dia,” ungkap Visi tersenyum.
“Suami saya cerita kalau saat saya terserang stroke dan harus operasi, saat salat Ashar dia masih ragu dan bimbang dan sulit menerima kondisi saya. Namun, usai Magrib dia cerita dia sudah bisa ikhlas untuk saya menjalani operasi stroke. Dan setelah itu dia cerita baru mulai tenang dan tidak takut lagi untuk saya menjalani operasi,” tambahnya.
“Saya juga ingat menjelang ulang tahun suami saya sedang merencanakan dinner dengan suami untuk merayakan ulang tahunnya. Saya sempat bertanya ke sepupunya referensi restoran. Saat itu saya sudah siapkan mini dress bermotif animal print macan. Baju itu saya enggak pede, tapi menurut suami saya bagus. Akhirnya baju itu dibuang sama kakak saya karena dianggap tidak membawa keberuntungan untuk saya,” jelasnya.
Perjuangan Pemulihan Stroke yang Tak Mudah
Setelah pindah ke ruang perawatan. Tubuh Visi begitu lemah. Kaki dan tangan lumpuh, dia tidak berdiri bahkan berjalan. Selain itu, dia juga kesulitan untuk melihat dengan sempurna. Dia tidak bisa melihat ke bagian kiri. Menurut dokter hal ini disebabkan karena sarafnya masih mengalami luka dan menyebabkan blocking.
Visi dirawat sampai 4 minggu di rumah sakit. “Saya sering tidak bisa tidur. Kadang saya mengalami sakit kepala luar biasa dan tidak mempan hanya dengan obat oral. Saya diberikan obat penghilang nyeri lewat dubur baru bisa reda. Saya perlu dibopong kalau untuk ke kamar mandi. Kalau perawat sudah tidak kuat, mau tidak mau suami yang menggendong saya ke rumah sakit. Suami saya benar-benar full menjaga saat saya dirawat di rumah sakit,” tambahnya bersyukur.
Perjuangan Visi usai operasi tidak terhenti di titik tersebut. Masa pemulihan usai operasi terus dilakukannya bersama suami untuk mencapai kesembuhan. “Dokter mengatakan kerusakan otak memang mempengaruhi bagian saraf. Saya harus sabar dan terus berlatih (terapi) untuk mengembalikan kondisi saya. Pemulihan stroke tidak bisa 100 persen kembali normal tergantung luasnya daerah otak yang terkena,” lanjutnya.
Di rumah sakit saat pemulihan, Visi sudah ikut terapi wicara. Visi juga melakukan perawatan fisioterapi misalnya untuk membalikkan badan. Karena dirinya sudah tidak bergerak sama sekali. Untuk ke toilet dia minta bantuan perawat atau suaminya.
“Ya hingga sekarang ini kalau melihat pengalaman dengan stroke ini, saya bersyukur bisa melewatinya. So far pengalaman ini sempat membuat saya down banget. Namun saya belajar untuk ihklas saja. Tetapi kalau saya sedang down saya mikirnya saya dosa apa ya. Atau saya merenung apakah saya banyak dosa. Saya masih ingin hidup demi suami dan anak saya. Karena itu saya tidak mau menyerah, saya terus keras berupaya pulih demi Azel dan suami saya,” tuturnya penuh semangat.
Kadang Visi juga berangan-angan, semua yang dilewatinya saat ini hanya sekadar mimpi. “Saya inginnya saya bangun, dan stroke yang saya alami hanya mimpi. Saya ingin bangun dan hidup normal kembali. Saya ingin hal itu benar-benar terjadi, tetapi tidak terjadi. Ya akhirnya saya belajar menerima,” tambahnya.
Jangan Pernah Lalai pada Kesehatan
Visi dan suaminya, memiliki tekad kuat untuk ‘mengalahkan’ dahsyatnya stroke. Mereka berdua sepakat untuk memenangkan stroke atas hidup Visi.
“Ketika saya pulang dua hari kemudian saya mencoba melakukan akupuntur. Dan bagi saya sebuah mukjizat karena saya ternyata bisa berjalan. Saya dan suami saya merasa senang sekali. Suami saya sudah persiapkan dengan membeli kursi roda, tongkat, dan lainnya untuk persiapan saya,” katanya.
Selain itu, Visi juga melakukan fisioterapi dan terapi untuk memulihkan fungsi tubuhnya di beberapa klinik perawatan fisioterapi di Jakarta. Saat menjalankan terapi terkadang agak merepotkannya. Selain masalah waktu dan lokasi yang jauh menjadi kendala tersendiri. Dia juga pernah melakukan fisioterapi di rumah. Saat ini memang ada layanan kesehatan tenaga kerja perawat dan fisioterapi, seperti PerawatNers.com. Jadi terapi bisa dilakukan di rumah tanpa harus keluar rumah sehingga tidak merepotkan pasien dan keluarganya.
Saat ini selain fisioterapi, Visi ikut yoga. Visi merasa nyaman melakukan yoga, karena dahulu sebelum serangan stroke dia sudah lama belajar yoga. Visi dianjurkan untuk melakukan olahraga 1 jam setiap hari. Dokter mengatakan, sebetulnya dengan rentang waktu 24 jam sehari, 1 jam bukanlah hal sulit. “Saya harus rajin latihan untuk menguatkan dan memulihkan otot-otot. Hingga sekarang masih kontrol ke dokter setiap bulan dan tetap minum obat,” katanya.
“Kalau saya menilik pengalaman hidup, saya merasa sedikit lalai pada kondisi kesehatannya. Saat saya masuk ke RSPP waktu serangan stroke datang, tensi saya mencapai 200/100mmHg. Saya memang darah tinggi, tetapi saya tidak menduga akan menyebabkan serangan stroke sedahsyat itu. Menurut dokter penyebabnya bisa beberapa hal. Bisa juga karena stres, gaya hidup tidak sehat atau pengaruh preeclampsia saat saya hamil. Preeclapmsia merupakan komplikasi pada kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) dan tanda-tanda kerusakan organ. Saya merasa sebelum stroke saya baik-baik saja. Harusnya saya tetap perlu memeriksa tensi dan peduli pada kondisi darah tinggi saya. Mungkin juga saya lalai soal ancaman stroke,” tambahnya.
Never Give Up in Stroke
“Hingga sekarang kalau saya ingat peristiwa dan proses pemulihan saya dari stroke ini, tidak pernah menduga mengalami stroke. Keluarga saya dan suami tidak ada pengalaman yang merawat stroke. Suami saya juga menjadi semacam caregiver bagi saya. Dia selalu kasih saya semangat untuk kembalikan motivasi diri saya,” jelas Visi.
“Sebagai manusia saya kadang bisa merasa down. Namun, saya perlu mengingatkan diri saya, kalau saya telah diberikan kesempatan kedua dari Tuhan untuk menjalani hidup. Selama diberikan kesempatan hidup, saya tidak boleh putus asa. Hari-hari saya hingga kini dipenuhi dengan aktivitas terapi, yoga, kontrol ke dokter, minum obat, dan lainnya. Ini saya lakukan menuju recovery,” paparnya lagi.
“Satu hal, saya senang saya masih diberi kesempatan kerja sebagai auditor. Saya berusaha sekuat tenaga untuk dapat bekerja keras seperti karyawan lainnya. Hanya saya memang tidak diberi tugas untuk training ke berbagai daerah, saya stay di office saja,” ungkap Visi.
Sebagai stroke survivor Visi telah diingatkan dokter, kalau dia kapan saja mengalami kejang. Kejang ini bisa terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir recovery. “Saya pernah mengalami kejang pada Agustus 2016. Padahal ketika itu kondisi saya sudah mulai pulih. Saya mesti minum obat untuk menstabilkan kondisi saya. Sempat saya tiga bulan melakukan perawatan dan diminta istirahat dahulu di rumah. Namun dengan beberapa pemeriksaan menunjukan hasil yang baik, saya mengajukan diri untuk bekerja lagi. Hasilnya membuat saya senang karena saya diberikan kesempatan bekerja lagi hingga sekarang. Saya suka kerja sejak dahulu. Terbayang kalau saya tidak bisa melakukan apa-apa sehari-hari. saya merasa sedih sekali,” jelasnya semangat.
Mengalami stroke dan berjuang merupakan pengalaman mahal dan luar biasa untuk hidup Visi. “Saya ingin menjadi contoh bagi banyak orang untuk lebih peduli pada kesehatannya, terutama pada ancaman stroke. Saya bersyukur bisa melalui pengalaman ini. Saya juga mendapat support dari suami, anak, dan keluarga besar. Saya tetap ingin melanjutkan hidup saya. Saya ingin menjadi yang terbaik untuk saya, suami, dan anak saya. Failure is an option, but giving up is not,” jelas Visi mengakhiri perjumpaan dengan PerawatNers.com.