World Heart Day : Gaya Hidup Sehat, Selamatkan Jantung
Henti Jantung Mendadak atau dikenal sebagai (Sudden Cardiac Arrest- SCA) merupakan penyebab banyaknya kematian di Indonesia. Salah satu cara menyelamatkan adalah dengan memberikan CPR.
Melihat risiko tinggi kematian, maka pada kasus Henti Jantung Mendadak amat diperlukan penanganan yang cepat dan akurat untuk menyelamatkan hidup. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pertolongan pertama yang cepat atau yang disebut teknik Resutasi Jantung Paru atau CPR. Teknik ini menjadi faktor penting dalam meningkatkan peluang bertahan hidup dan pemulihan.
Jumlah kasus henti jantung mendadak menurut data Kementerian Kesehatan pada 2014 memperkirakan10.000 orang per tahun atau 30 orang per hari. Selain itu juga menunjukkan bahwa frekuensi SCA akan meningkat seiring dengan peningkatan penyakit jantung koroner (PJK) dan stroke, yang diperkirakan mencapai 23,3 juta kematian pada 2030.
Sementara itu, dari data PERKI pada tahun 2016 menemukan bahwa angka kejadian henti jantung mendadak berkisar antara 300.000 – 350.000 insiden setiap tahunnya. Meskipun demikian, ada juga kecenderungan peningkatan peluang hidup ketika ada lebih banyak orang yang berada di lokasi kejadian (bystander) melakukan pertolongan pertama dengan CPR.
Melihat pentingnya CPR di masyarakat, belum lama ini Philips Indonesia dalam rangka memperingati Hari Jantung Sedunia 29 September, menyelenggarakan sesi pelatihan Resusitasi Jantung Paru (CPR) dan AED. Dalam acara ini ada forum diskusi menghadirkan dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC yang juga menjabat sebagai Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dr. Erizon Safari, MKK, Kepala Unit Ambulans Gawat Darurat (AGD) dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan Suryo Suwigno selaku Presiden Direktur Philips Indonesia.
Golden Period Pertolongan Pertama Henti Jantung
“Dalam kasus SCA ini dan melakukan pertolongan pertama menyebutkan adanya masa emas (golden period) tiga menit pertama setelah terjadinya henti jantung mendadak. Jika CPR dilakukan dalam waktu ini, ada kemungkinan besar korban akan bertahan hidup tanpa terjadi kerusakan pada otak. Namun, setelah masa tiga menit ini berlalu, semakin tinggi risiko korban menderita kerusakan otak akibat serangan tersebut,” demikian dr. Jetty R. H. Sedyawan, Sp.JP (K), FIHA, FACC yang juga menjabat sebagai Sekjen PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia).
“Jendela waktu kecil ini menentukan kesempatan hidup korban dan setiap detiknya sangat berharga. Karena itu penting sekali memastikan ketersediaan AED (Automated External Defibrillators) di ruang publik dan melatih orang untuk menjadi first-responder (orang yang pertama kali menemukan korban dan menolongnya, berbekal pengetahuan untuk melakukan CPR) adalah kunci untuk menyelamatkan lebih banyak nyawa. CPR ini merupakan hal penting disadari dan sebisa mungkin dapat dilakukan semua orang untuk selamatkan nyawa seseorang. Setiap orang bisa menolong,” kata dr Jetty.
Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit utama penyebab kematian di Indonesia. “Ada banyak faktor yang menjadi pemicu serangan jantung. Bisa dari genetika dan gaya hidup sehat tidaknya seseorang. Seseorang amat penting untuk mengetahui angka (your number) tensi darah, kolesterol, untuk meminimalkan risiko penyakit seseorang. Pada 29 September ini merupakan Hari Kesehatan Jantung Sedunia dengan tema Share The Power agar orang saling berbagi dan memperhatikan kondisi jantungnya,” jelas dr Jetty.
Paling mengejutkan laporan Kemenkes menyatakan kalau jumlah tertinggi serangan jantung ternyata bukan dari Sumatra Barat tetapi dari Sulawesi Selatan. Hal ini bisa jadi dipicu dengan makanan banyak santan dan jeroan. Santan meskipun berasal dari tumbuhan, namun memiliki asam lemak tinggi dan tidak baik. “Jadi kalau makan yang berkuah santan, ambil daging atau ayamnya saja, jangan kuahnya. Belum lagi garam pada masakan di Indonesia sudah melebihi rekomendasi untuk hidup sehat. Harus lebih berhati-hati soal makanan,” katanya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit jantung,menurut dr Jetty. Di antaranya adalah mengetahui angka (tekanan darah tinggi dan kolesterol), konsumsi makanan sehat (kurangi lemak, gula, dan garam), banyak bergerak bisa olahraga ringan 30 menit empat kali seminggu, dan tidak merokok. “Namun begitu bagi yang mempunyai keluarga mengidap jantung harus lebih hait-hati. Untuk memastikannya check-up,” tambahnya.
Philips, Sebarkan Kampanye Jantung Sehat
Sebagai perusahaan teknologi kesehatan, Philips Indonesia memegang peranan penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, perusahaan telah menyelenggarakan pelatihan CPR untuk karyawannya bulan lalu. “Di pelatihan ini kita diajarkan untuk melakukan teknik dasar CPR yang mereplikasi pernapasan vital dan fungsi detak jantung. Di Philips, kami ingin mendukung lebih banyak orang untuk mampu menjadi penyelamat. Kami berharap dengan berbagi pengalaman ini, para peserta bisa menginspirasi orang lain untuk menjadi first-responder,” kata Suryo.
“Inisiatif ini telah banyak dilakukan di beberapa negara lain, seperti Singapura, Korea, dan sekarang di Indonesia. Acara ini untuk lebih menggugah kesadaran seputar Henti Jantung Mendadak. Selain itu juga agar setiap orang dapat menolong korban dengan CPR dan AED. Ingat, setiap orang punya kesempatan menolong,” jelas Suryo.
Pada kesempatan ini PerawatNers.com juga mengikuti pelatihan CPR dan penggunaan AED. CPR merupakan tindakan darurat untuk kembalikan fungsi pernapasan dan sirkulasi darah seseorang. CPR dikenal juga sebagai pertolongan pertama apabila ditemukan kondisi pada seseorang yang tidak terdeteksi napas atau mengalami sesak napas. Untuk melihat kondisi seseorang membutuhkan CPR atau tidak, para first aider harus mengecek napas korban hingga 10 detik bila tidak bernapas dapat segera lakukan CPR.
Mengingat CPR penting untuk menolong banyak orang, CPR menjadi hal penting untuk dapat dilakukan setiap orang. Selain itu mulai sekarang setiap orang harus lebih perhatikan gaya hidup sehat agar jantung kuat.